Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Move On"

2 September 2019   10:25 Diperbarui: 2 September 2019   10:37 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu-minggu ini, saya mencoba belajar melepas seseorang yang sempat menghantui pikiran? Ya, saya merasa teramat sulit. Terlebih ketika seserang yang ingin saya lepas, secara mendadak hadir dengan wujud yang berbeda-beda. Sebutlah, kejadian yang tak bisa saya hindari. 

Suatu sore, seperti biasanya, saya melakukan kegiatan rutinitas menyapu halaman rumah. Halaman rumah yang dekat dengan jalan raya ini sering kali diliwati oleh orang-orang. Tidak saja mereka yang berangkat atau pulang dari kantornya, anak sekolah,pejalan kaki, penjual sayuran, dan masih banyak lagi. 

Entah di menit ke berapa, ketika mata mendadak diganggu oleh suara bising motor, mata jauh memandang, dan secara tak sengaja muncullah dari pertigaan jalan seseorang berjaket hitam. 

Seseorang itu mengendarai motor beat warna hitam. Di belakangnya ada seorang anak sekolah menengah pertama. Anak itu adalah tetangga perumahan. 

Sungguh inilah, kejadian yang tak bisa aku hindari. Betapa sakit melihat seseorang yang hampir sama dengan seseorang yang hendak saya lepas. Entah itu sama pada fisik, kebiasaan, pekerjaan, dan entah apa lagi. Saya menghela napas panjang. Segara mengembalikan suasana hati dan pikiran lebih tenang, rileks, dan santai. 

Tak dapat dibohongi memang, teramat sulit melepas seseorang yang sekadar mampir minum, yang tanpa sadar meninggalkan setetes air. Mungkin kalian bertanya, mengapa saya melepas seseorang itu? Apakah ia telah membuat saya sakit? Apakah ia telah membuat saya merasa rugi? Apakah ia telah berkhiatant? Atau, apakah ia telah ...

Untuk kalian, kiranya tak perlu memikirkan persoalan itu, setidaknya semua jawaban benarnya ada dalam hati saya. Saya akan memberitahu? Tidak. Rasanya tidak penting juga, toh jika pun ia, justru akan membuat saya lebih sakit untuk melepasnya. 

Melepas, seperti burung saja. "Berarti ia pernah masuk?" Ya, pernah masuk. 

"Siapa yang memasukkan?"

 Jangan banyak bertanya, saya sudah berusaha memprogram pikiran melepas tentang seseorang itu. Kalau kalian terus bertanya, kapan saya akan memulai program ini.

"Emangnya, kamu bisa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun