Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resolusi Suci Ayu Latifah "Ketika Aku Ingin..."

23 Juli 2019   21:20 Diperbarui: 23 Juli 2019   21:25 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya, saudara dari Ibu ada lima. Ibu adalah anak kedua. Anak pertama bernama Bibit. Ketiga bernama Tumi, sementara anak keempat dan kelima adalah laki-laki, dan diberi nama Mujiono dan Tubari. Kedatanganku di Sawoo, baru sehari, pada sorenya ada beberapa anak  tetangga bermain kelereng di depan rumah. Ada putra dan putri. Kata Nenek, sudah biasa anak-anak itu bermain karena halaman Nenek cukup luas. Anak putra biasanya bermain bola dan kelereng. Sedangkan anak putri bermain rumah-rumahan atau masak-masakan.

Berasa asing di tempat baru memang iya. Secara perlahan aku mulai akrab dengan mereka. Ibulah yang memintaku supaya bergabung bermain dengan mereka. Karena kelak akan menjadi teman sekolah. Anggri, Anisa, Nungki, Ambar, Dani, dan Binda adalah teman masa kecilku. Anggri dan Binda teman sebaya. Sedangkan Anisa, Ambar, Dani lebih tua dariku. Kalau diurut dari yang tertua adalah Ambar, Anisa, Nungki, dan Dani. Di antara mereka, diri ini merasa paling kecil. Meskipun masih ada Anggri dan Binda, tetapi bila diliat dari fisik, ya kecil sendiri.

Oh ya, aku hampir lupa. Masih ada satu teman laki-laki yang belum tersebutkan. Dia adalah teman yang sering mengajakku membuat patung menggunakan tanah liat. Dia adalah Arif. Arif, usianya tidak terlalu jauh dariku. Dia terpaut beberapa bulan lebih muda dariku. Setiap kali seluruh anggota keluarga pergi ke sawah, Ibu menitipkanku pada keluarga Arif. Tak lupa Ibu, selalu memintaku minum susu sebelum bermain. Botol kecil berbentuk boneka kesukaanku, diberi susu indomilk rasa vanila. Rasa yang paling aku sukai dibandingkan rasa coklat.

Sebelum itu, akan kuberi tahu, keganjilan tentangku. Sejak kecil, aku suka minum susu. Setiap harinya, wajib dua gelas---pagi dan malam sebelum tidur. Namun anehnya, aku tidak bisa cepat tumbuh besar. Berbeda dengan adikku. Ia tidak suka susu, masa kecil tumbuhnya agak cepat. Adik pula tidak gampang sakit sepertiku. Yah, entahlah mungkin karena metabolisme tubuh memang berbeda. Kesukaanku minum susu masih berlangsung sampai detik ini. Tapi, hasilnya sama. Dibandingkan dengan teman lain, aku terbilang kecil sendiri. Hufft,, sudah takdir pikirku.

Kembali pada masa kecilku. Arif adalah teman masa kecil paling akrab saat tinggal di Desa Sawoo. Setiap sore, kami berdua bermain membuat patung di belakang rumah. Patung berbentuk orang-orangan itu, kami buat berbahan dasar tanah liat. Kebetulan, di sekitar rumah yang terdapat tanah liatnya berada di belakang rumah Arif. Ia mengajariku. Setelah putung itu jadi, kami panaskan di bawah terik matahari supaya patung itu tidak lembek. Dari permainan membuat patung ini, aku belajar kreatif. Merasa bisa membuat sendiri, aku mencoba-coba membuat bentuk yang kusuka. Kebetulan, tidak begitu bagus membuat orang-orangan, aku membuat bintang, bulatan, dan apapun sesukaku.

Pernah suatu hari, aku membuat sesuatu yang berbeda. Entah aku lupa bentuk apa. Ketika ditanya aku tidak menjawab karena tidak tahu apa yang aku buat. Aku ikuti aja yang ada dipikiranku. Dan, akhirnya jadilah karyaku yang tak bernama itu. Arif pun menertawakanku sebab karyaku aneh-aneh.

Selain itu, Arif mengajariku bermain kelereng. Awalnya aku tidak begitu menyukai permainan itu. Begitu melihat ia bermain dengan teman laki-laki lain, aku menjadi tertarik untuk bermain kelereng. Karena tidak memiliki kelereng, Arif meminjamiku kelereng yang baru saja dibelikan oleh Ibunya.

Pertama-tama, dibuatlah lubangan cukup besar, seukuran tungkai kaki. Lubang itu digunakan untuk memasukkan kelereng. Siapa yang prajurit kelerengnya diambil lawan lebih banyak. Berarti ia potensi menang. Namun, jangan senang dulu. Sebab, lawan bisa saja menggunakan taktik cepat untuk menyerbu prajurit lawannya. Aku banyak mendapatkan permainan dari teman satu itu. Sampai saat ini, kenangan bermain kelereng dan membuat patung dari tanah liat masih utuh. Kadang kala aku bertemu denganya, ia malu-malu saat aku ingatkan patung-patung yang kami buat.

Anisa adalah saudaraku. Yaitu anak dari Budhe. Aku menyapanya dengan sebutan "Mbak Anis". Anak perempuan satu-satunya itu setiap malam minggu mengajakku bermain bongkar pasang barbie. Ia membawakaku potongan kertas berbentuk orang-orangan dan ragam bentuk baju serta asesoris tubuh.

Permainan bongkar pasang itu mudah sekali. Yaitu pertama kita memilih tokoh yang akan kita mainkan. Kedua, tokoh itu dipasangkan baju. Misal ingin ke acara memakai baju pesta. Misal lagi mau jalan-jalan memakai baju biasa yang agak modis. Aku senang sekali ketika Mbak Anis ke rumah membawa permainan itu. Sebab, terkadang itu ada permainan lain seperti puzzle.

Sebenarnya aku juga suka puzzle, tapi puzzle yang dibawakan setiap kali bermain sama. Jadi aku bosan. Sedangkan bongkar pasang gambar orang tadi tidak membosankan karena pilihan bajunya banyak. Dan, baju-bajunya itu bagus-bagus. Sampai hati, aku meminta Ibu suatu hari nanti dibelikan baju seperti itu. Dengan wajah datar, Ibu membalas senyum. Aku senang sekali waktu itu. Padahal jika saja aku tahu bahasa Ibu waktu itu, aku tidak akan berharap lebih. Tapi tidak papa, karena sebelum bermain tokoh itu sudah aku beri namaku. Jadi seakan-akan aku mengenakan baju atau kostum yang super cantik dan menarik itu.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun