Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketika Ego Perlu Terapi

19 Juli 2019   14:05 Diperbarui: 19 Juli 2019   20:58 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbahasa lugas, komunikatif, dan santai, penulis mampu menyihir pembaca untuk terus membaca lebih dalam isi buku. Terlebih ada tulisan yang diblok warna biru merupakan kata kunci dari apa yang dituliskan. Tak lupa, sajian ilustrasi gambar pun sangat membantu pembaca untuk berimaji tentang dan bagaimana kerja psikologi dan gerak terapi.

Membaca buku ini, seolah-olah kita setiap hari diajak untuk praktik secara bertahap kurang lebih 1 bulan lebih 5 hari. Sihir penulis dalam membius pembaca untuk mengikuti terapi ELA dilakukan dengan memberikan hari dan kegiatan latihan, serta refleksi apa yang harus dilakukan. Sebutlah pada hari 1, ada orientasi. Pada hari itu kita dikenalkan pada materi pokok orientasi yang di antaranya: barat bertemu timur, alami sendiri, penyebab umum gangguan psikologis, citra manusia sehat, derita dan kehidupan, dan lainnya hingga pada jadwal dan latihan. 

Hari 2-35 disajikan dalam bentuk latihan dan refleksi. Adapun pembagian adalah pada hari 2-10 relaksasi dan awas pada badan, hari 11-17 awas pada manas, hari 18-24 awas saat beristirahat, hari 23-31 memaafkan, dan hari 32-35 mengembangkan welas asih. 

Sebagaimana kegiatan pengenalan diri, latihan dan refleksi ini dengan mudah diikuti. Misal saja pada hari ke-4, yaitu membuang sampah emosi. Penulis mengajak pembaca untuk melakukan sebuah relaksasi berupa katarsis. Katarsis adalah kegiatan membersihkan diri. Hal-hal yang beraroma negatif, baik pikiran, perasaan dan emosi seperti peristiwa masa lalu untuk meraih ketenangan dan kebahagiaan diri.  Tersebab, energi negatif itulah yang merusak dan menggerogoti kita dari dalam (hal. 73).

Baiknya, buku 1 ini tidak berhenti begitu saja. Penulis memiliki buku lanjutan, yaitu Buku 2 tentang Terapi Eing lan Awas: Catatan Manas, Buku 3 tentang Terapi Eling lan Awas: Untaian Skrip, dan Buku 4 tentang Eling lan Awas: Kearifan Timur Nusantara untuk Psikologi. Buku-buku tersebut disajikan bersifat praktis dan saling berhubungan. Sebagai puncak adalah buku 4, yakni pembaca didorong untuk mengenali lebih dekat ajaran-ajaran dalam kearifan Timur Nusanntara.

Harap penulis, hadirnya terapi ELA yang terilhami dari percikan ajaran-ajaran orang bijak di Timur bisa bermanfaat bagi perjalanan kita dalam mengenal dan menyaksikan sendiri akar dari gangguan psikologis yang mengusik hidup kita (hal. xi). 

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun