Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gara-gara Kliping

19 Maret 2019   16:05 Diperbarui: 19 Maret 2019   16:49 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bobo.id
bobo.id
Nilai Pendidikan Dongeng

Dongeng sebagai sarana menyampaikan pesan positif kepada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Setiap dongeng atau cerita yang disampaikan seseorang tidak lepas dari nilai-nilai pendidikan di dalamnya, dengan tujuan tertentu. Missal, untuk menstimulasi dan merangsang otak untuk berpikir dan memetik makna tersirat maupun tersurat dalam cerita.

Adapun nilai pendidikan dari dongeng, Pertama, sarana pendidikan yang sederhana, namun memiliki daya ketertarikan yang kuat. Seseorang yang pandai membawakan sebuah cerita akan mendapatkan nilai plus dari pendengar. Kedua, dari dongeng yang kita dengar, dapat merangsang pendengar. Ketiga, membentuk karakter anak dengan memaknai alur cerita. Kemudian, mengkaitkannya dengan realita sosial.

Keempat, mengajak berpikir dan berimajinasi menemukan gambaran yang ingin disampaikan pengarang. Kelima, dapat menumbuhkan rasa romantisme, kasih sayang, cinta terhadap anggota keluarga dengan mempererat tali persaudaraan. Dan keenam, dongeng merupakan awal dari sebuah peristiwa-peristiwa sosial yang ada di masyarakat.

Dongeng dalam dunia anak-anak, memiliki posisi yang sangat strategis. Kejiwaan anak yang labil, maka dengan mudah kita memberikan pembelajaran yang sederhana, tapi bernilai tinggi untuk mempengaruhi tingkat pemikiran anak. Misal membacakan cerita Kura-Kura dan Kelinci, Abu Nawas, Kisah 25 Nabi dan Rasul, Timus Emas, Asal Usul Danau Toba, dan lainnya. Dari beberapa cerita tersebut, memiliki pesan moral yang tinggi sehingga anak nantinya dapat menyimpulkan sendiri, mana yang buruk dan baik untuk dirinya.

Saat itulah, sebenarnya masa paling ampuh untuk mengisi manajemen otak anak, memuat budi pekerti, sikap, kemanusiaan, tingkah laku, dan kepedulian yang baik dapat ditanamkan dalam dunianya. Pasalnya, anak-anak era ini, rasa keingintahuan dan menggandrungi hal-hal yang baru mulai liar.

Berangkat dari sastra cerpen, ternyata bukan hanya sekedar kisah ataupun cerita berimajinatif saja. Terlebihnya, terdapat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, pembelajaran tidak hanya bersumber dari materi-materi yang diajarkan guru di sekolah. 

Akan tetapi pembelajaran pun dapat kita peroleh dari sebuah cerita yang memiliki makna kehidupan yang mengikat. Jadi, bukan saatnya kita melupakan dan meninggalkan karya sastra prosa ini. Karena setiap kata di dalamnya menyimpan seribu makna untuk dipahami.

Cerita harus dibangun dari hati dan pikiran yang suci. Bukan dari nafsu yang kian membelenggu dan menghukum hati dalam mencerna kepingan makna dari sebuah cerita. Untuk itu, marilah kita mengenalkan sastra Indonesia kepada anak lewat cerita berpendidikan sebelum tidur, mulai dari cerita yang anak sukai. Selamat mencoba!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun