Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Diucapkan Tiga Kali

2 Februari 2019   21:16 Diperbarui: 2 Februari 2019   21:38 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terompet Menjawab (poskotanews.com)

Lebihnya lagi, masyarakat yang tinggal di desa, kegiatan membaca adalah suatu kegiatan yang membuang-buang waktu. Ada pendapat lain, membaca adalah kegiatan orang pengangguran. Lebih baik bekerja mencangkul di sawah, atau menjadi tukang daripada membaca. Sebab membaca tidak menghasilkan uang. Sedangkan mencangkul menghasilkan uang, misal lima puluh ribu dalam kurun waktu setengah hari.

Persepsi masyarakat desa tentang kebiasaan membaca tersebut, jelas berbeda 180 derajat dengan anak pendidikan--sekolah. Hal itu didukung pula karena kurangnya penyediaan buku-buku di desa.

Oleh sebab itulah, beberapa wilayah desa di negara kita mulai dimasuki oleh valunter literasi dengan membangun sebuah tempat pembacaan buku yang disebut dengan Perpustakaan Desa.

Bukti kepedulian tersebut sudah terbukti, yakni masjid-masjid yang ada dibangun perpustakaan. Setiap masjid memiliki rak dan buku bacaan yang diletakkan di pojok ruangan.

Sementara itu, pendapat membaca bagi kalangan pendidikan merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Pasalnya, cara belajar mereka dapat dilakukan salah satunya melalui proses membaca, kemudian mendengar dengan diikuti diskusi kecil, barangkali.

Menurut Syafi'i ie (1993:2), menyebutkan manfaat dari membaca di antaranya adalah memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat, mencari sumber, menyimpulkan menjaring, dan menyerap  informasi dari bacaan, dan mampu mendalami, menghayati, menikmati dan mengambil manfaat dari bacaan.

Bangun Literasi
Wujud, sebagai keberhasilan program literasi khususnya di sekolah secara sederhana dapat diimulai dari pembiasaan membaca. Seperti program mulia yang pernah dibeberkan, yakni melalui kegiatan membaca 15 menit sebelum memulai pelajaran.

Baik bacaan fiksi maupun non-fiksi. Selain membaca untuk siswa, dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) juga mengupayakan seluruh warga sekolah, melibatkan guru, siswa, karyawan, dan lainnya turut berpartisipasi menyukseskan literasi di segala bidang.

Dengan demikian, patut dijadikan peringatan keras bahwa tulisan kolom Rumah Pengetahuan tersebut adalah bentuk sindiran dan peringatan keras tentang pentingnya literasi itu dibangun dan ditumbuhkan di Indonesia. Ya, mengingat tingkat minat baca di negara kita jauh tertinggal.

Penulis, Suci Ayu Latifah

Mahasiswa sekaligus Koordinator SLG STKIP PGRI Ponorogo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun