Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kita Adalah Apa yang Kita Pikirkan!

14 Januari 2019   00:38 Diperbarui: 14 Januari 2019   00:47 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suara bising orang dalam bus melenyap ketika Mujilah, perempuan yang pernah menjadi guru itu selain cerita tentang keluarganya, juga bercerita tentang pengalaman belajar. Dari cerita yang disampaikan sesekali aku menulis, menarik kesimpulan dari apa yang dikatakan. Seorang guru bagi Mujilah tidak boleh sekalipun mencela, menghina, mengolok, dan mengejek anak. Apalagi sampai membandingkan dengan orang lain. Tentulah anak itu bakalan marah. Seorang guru pula, harus pandai dan cerdas masuk di dunia anak. Anak yang nakal sebenarnya tidak nakal. Hanya saja ada faktor X yang membuatnya nakal. Entah dari lingkungan pergaulan atau kurangnya perhatian, pendidikan, pedampingan dari orang tua.

Takut melakukan hal buruk pada anak sempat menjadi bom baginya ketika mendampingi penyembuhan anak lelakinya. Dengan rendah hati dan penuh hormat, perempuan yang saat itu mengjar di sebuah kecamatan di kota kelahiran Ponorogo, meminta maaf pada semua muridnya. Tangisnya bergantian kala itu. Ia memohon kepada muridnya untuk membantu doa kesembuhan anaknya itu. Ya, tak ada kekuatan yang maha dahsyat seain doa.

Ujian di keluarga yang kini tengah menikmati masa pensiun, tak berhenti begitu saja. Begitu pula, anak pertamanya menikah dikabarkan istrinya mengidap kista cair di rahimnya. Kista itu harus diangkat. Jika tidak akan berbahaya bagi nyawa menantunya. Ketakutan akan berdampak padaketidakpunyaan keturunan menghantui pasangan suami-istri yang baru saja menikah. 

Siapa sangka, kekuatan cinta melebihi segalanya. Dengan gagah, anak pertama perempuan itu berujar dengan hati, siap tidak punya anak, asal istrinya selamat. Aku jadi teringat sebuah ayat di surah Ar-Rahmah yang diulang hingga 29 atau 39 kali itu. 

"Nikmat mana lagi yang akan kau dustakan!"

Cinta dari hati. Tulus dari jiwa mampu mengubah kondisi bagaimanapun. Keyakinan akan memiliki keturunan tetap terpatri kuat di pikiran pasagan suami-istri itu. Tak ada yang mungkin di dunia ini. 

"Percaya kekuatan Kun adalah cara mereka berpikir positif. Operasi pengangkatan kista berlangsung dan usai. Tepat, kala dokter menyampaikan kesembuhan usai operasi itu, keduanya berperang. Dalam doanya, ia yakin akan memiliki anak.

Nikmat mana lagi yang akan kau dustakan. Ketulusan doa mengalir di antara mereka. Setiap derai keringatanya teraliri doa suci--harapan memiliki keturunan. Bahagianya, begitu mendapat kabar. Perempuan itu telah mengandung janin.

Nampak, lega Mujilah usai bercerita itu padaku. Aku mencatat benar jalan cerita yang disampaikan hingga aku menarik pelajaran, "Sabar, ikhas, dan Ikhtiar. Hidup harus memiliki keyakinan. Ketika kita terjatuh tidak boleh mengeluh sampai hati mengadili Tuhan. Karena, sesungguhnya ada cerita di balik cerita.

Dari cerita kisah yang aku terima langsung di atas, aku jadi teringat sebuah buku menarik, buku motivasi berjudul "5 Aturan Pikiran." Buku itu berbicara bahwa kita adalah apa yang kita pikirkan. Fokus dan konsentrasi adalah jalan pikiran. Tetap yakin dan optimis. Kalau kita berpikir positif, hasilnya akan positif, dan sebaliknya. Kalau kita ingin bahagia, harus membayangkan dan berpikir bahagia.

Salam inspiratif!

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun