Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selingkuh dengan Sastra

24 Desember 2018   15:39 Diperbarui: 24 Desember 2018   15:50 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas mungkin lain dari yang lain. Selingkuh cenderung diartikan sesuatu yang berbau negatif. Namun, kali ini penulis akan membawa pembaca pada pemaknaan selingkuh secara positif. Hakikatnya, selingkuh adalah penyelewengan oleh pihak-pihak tertentu dengan tujuan tertentu dan maksud  tertentu pula. Subjek utama selingkuh adalah manusia.

Di sinilah, arti selingkuh yang lain dari lainnya. Selingkuh bagi seorang penulis atau sastrawan adalah petualangan baru yang tidak akan terjadi ketika pelakunya seorang pegawai, pebisnis, dan lainnya. Selingkuh bagi seorang penulis atau sastrawan berobjek pada karya-karya tulis. 

Mereka dengan bebas selingkuh, lalu kawin tanpa harus menikahinya. Kemudian, melahirkan benih-benih baru yang tumbuh menjadi anak dan berkembang dengan semestinya. Perlu digarisbawahi, objek dalam perselingkuhan ini adalah karya. Bukan manusia ataupun lainnya.

Seperti yang diungkapkan seorang sastrawan, penulis, juga pemenang lomba asal Ngawi, Tjahjono Widarmanto, saat memberikan materi seputar literasi di Sekolah Literasi Gratis (SLG) Ponorogo. Dia mengungkapkan, "Penulis itu tipe orang yang tidak setia. Ia suka bermain-main sesuka hatinya."

Memaknai arti tidak setia di atas, layaknya pelaku selingkuh (menikung dari garis koridor). Namun, jangan salah mengartikan. Tidak setia di sini masih berkutat terkait dunia tulis menulis, atau literasi orang menyebutnya.

Tjahjono Widarmanto, atau biasa di sapa Wid itu, menjelaskan bahwa dia termasuk dalam golongan penulis yang tidak setia. Artinya, saat berkecimpung menggeluti dunia sastra, ia jatuh cinta pertama kepada puisi; jatuh cinta kedua kepada esai; jatuh cinta ketiga cerita pendek atau cerpen dan; jatuh cinta keempat kepada event-event lomba. Tak heran, ternyata hasil perselingkuhannya dengan sastra mampu membawa dirinya mengalami perubahan besar.

Bermula dari kehidupan yang sederhana, ia berhasil menopang hidupnya semasa kuliah dengan hasil jerih payah selingkuh dengan sastra. Selingkuh di jalan sastra, baginya sangat menyenangkan: dapat berteman, bersahabat, bahkan kawin dengan kata-kata yang tidak akan berdampak pada profesi yang diampunya. Tak juga, ada hambatan outdoor seperti penggrebekan, hingga berakhir di jeruji besi. Tentunya itu sangat menyedihkan.

Penulis tak dapat menampik, selingkuh sastra ala penulis yang sudah 7 kali memenangi sayembara penulisan tingkat Nasional itu. Ia mengaku terpuaskan begitu berdampingan dengan dunia kata-kata. Baginya, menulis adalah berbagi pengalaman. Penulis tidak perlu action dengan berdiri di depan khalayak umum, atau di podium yang besar. 

Hanya berbekal pena dan kata-kata dalam karyanya penulis sudah layaknya seorang khutbah, da'i, guru, bahkan malaikat yang mengajarkan suatu kebenaran dalam kacamata tertentu.

Penulis dengan bebas mengutarakan dan mengungkapkan pemikiran-pemikiran barunya lewat pena yang tergores melalui lembaran kosong atau komputer. Dunia menulis adalah dunia pendekar---samurai. Ibaratnya, penulis itu seperti raja hutan. Seorang raja yang ditakuti oleh rakyatnya tanpa pandang bulu. Karyawan, guru, pegawai PNS, dosen, pilot, tentara, bahkan presiden pun takut dengan namanya penulis. 

Coba bayangkan, jika ada satu atau dua penulis yang menuliskan tentang kerusuhan Negara, kemudian dimuat media Nasional. Siapa yang tidak menyangkal, pastilah tulisan itu akan dibaca entah tangan kanan atau asisten Negara. Kemudian mereka melapor kepada pimpinan Negara. Jika tidak terima penulis diadili---bertanggung jawab akan tulisannya, jika terima memang itulah kenyataan yang tengah terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun