Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendadak Jadi Penyair

16 Desember 2018   23:58 Diperbarui: 17 Desember 2018   02:20 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ribuan judul buku tertata rapi memenuhi tujuh rak buku saling berhadapan. Ditambah, ribuan judul buku pula membentuk serupa gunung di bagian sisi tengah ruang. Buku-buku itulah yang sering dicari sebagai bahan bacaan, bahan referensi masyarakat Ponorogo.

Sampailah di kediaman rumah buku Sutejo, jalan Halim Perdana Kusuma II/9 Siman Ponorogo. Enam siswa MAN 2 Ponorogo melongo. Ini pertama kalinya mereka melihat rumah yang dipenuhi dengan buku, Minggu (16/12). Di antara ribuan buku bernyawa itu, terlihat Sutejo bersama ketiga anak kulturalnya: Suci, Sri, dan IIn dan anak kandung, Afifah Wahda serta Septi salah satu guru PAUD di Ponorogo tengah berdiskusi.

Didampingi guru ekstra Jurnalistik, Sri Wahyuni (52), mereka kembali memantapkan diri belajar menulis. Setelah sehari penuh dibimbing oleh Sutejo pada hari Kamis lalu, mereka yang terpilih belajar lebih dalam tentang dunia kepenulisan.

"Saya ingin belajar menulis puisi," tutur Salama, siswa kelas XI.

Sementara itu, kelima teman lainnya ingin belajar menulis reportase, kecuali Diah, siswa berkulit sawo matang itu ingin belajar menulis puisi. Dan, Afnan ingin menulis esai.

Sutejo, pakar literasi di Ponorogo itu, mengawali diskusi menulis dengan meyakinkan bahwa menulis puisi itu enak dan gampang. Puisi mampu melembutkan hati. Puisi pula melembutkan jiwa. Tersebab, larik-larik dalam puisi adalah doa.

"Kata-kata puisi bisa merubah dunia," terang lelaki dosen STKIP PGRI Ponorogo itu.

Mudah menulis puisi, oleh penulis buku Menulis Kreatif membagikan rahasia besarnya. Teknik pasang kata, sering digunakan dalam penciptaan puisi. Teknik ampuh yang ditemukan itu sudah laku di mana-mana. Banyak orang yang menerapkan teknik tersebut.

"Tugas pertama adalah pilih satu kata yang kalian pikirkan," perintah Sutejo.

Kemudian, pasangkan kata lain di belakang maupun di depan kata pilihan. Usahakan kata baru itu tidak biasa. Setelah cukup, lengkapi kata-kata itu menjadi sebuah baris hingga bait puisi yang indah.

Sebagai pembuka, Sutejo memberikan contoh lewat kata "cinta", yang dipasangkan dengan kata baru menjadi: cinta luka, derita luka, aroma cinta, jemari cinta, wajah cinta, cinta rumah, dan masih banyak lagi.

"Kekuatan puisi terletak pada diksinya," ungkap Sutejo.

Selang lima menit mempratikkan teknik pasang kata, disaksikan bersama, Salama membacakan puisi sederhana. Siswa berjilbab biru tua itu memilih kata rindu. Sebagaimana kata rindu dalam cuplikan larik puisi: //Aroma rindu menusuk hati// menyayat segala dalam pikiran//.

Sementara itu, Diah memilih kata biru. Lalu terciptalah puisi: //Senja sore itu/ menjelma biru// impian terlukis di langit itu// Sungguh indah dalam pandang/ akankah impian itu nyata?//

Menulis puisi mudah, akhirnya terpatri di benak ke enam siswa itu.

 "Mudahkan? Kalian dalam waktu lima menit mendadak menjadi penyair," puji Sutejo, berhasil menularkan teknik pasang kata.

Adalagi, teknik kaguman yang juga dapat dipratikkan untuk menulis puisi. Teknik ini dilakukan dengan cara membandingkan. Sutejo mencontohkan sosok guru.

"Guruku seperti pengukir batu karang. Susah awalnya seperti deburan ombak," contohnya.

Berhasil mempratikkan teknik pasang kata dan kaguman, pesan Sutejo setiap hari coba berlatih menulis puisi minimal dua judul. Lakukan secara berulang, tanpa sadar akan menjadi penyair.

"Tugas penyair adalah berkarya," pungkas Sutejo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun