Hallo sahabat pena! Sedikit catatan setelah saya membaca salah satu opini koran Kompas edisi 13 Desember 2018. Opini Tersebut ditulis oleh Paul Suparno, seorang dosen di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Opini berjudul Membantu Guru untuk Lebih Toleran ini saya ringkas supaya dengan mudah membaca ulang tulisan yang bertemakan pendidikan.
Semoga rangkuman ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Berikut rangkumannya:
1. Berdasarkan survei guru cenderung intoleran. Penyebabnya adalah: (1) guru tinggal di masyarakt yang homogen dan (2) tinggal di kota besar yang majemuk tidak menjamin guru bergaul dengan orang-orang yang berbeda [aham dengannya.
*tidak pernah keluar dari masyaraat dan melihat keadaan masyarakt yang lain, sehingga tidak terbuka dan sulit menerima penilaian yang berbeda.
*kurang luas  pandangan mengenai kehidupan dan kemanusiaan karena kurang belajar dan membaca lagi.
*punya pengalaman kurang baik dengan kelompok lain, sehingga tidak suka bergaul.
*pengaruh masyarakt luas dan informasi dari gawai atau media.
2. Pemerintah mengajak kiita mengembangkan budaya toleran agar lebih rela bekerja sama dan mau hidup bersama dengan orang yang berbeda.
3. Guru penting memiliki pengalaman pernah hidup bersama dengan kelompok yang berbeda.
5. Program pelatihan bersama, kerja sama, dan terlebih hidup bersama di suatu tempat akan membantu guru belajar menghargai dan menerima mereka yang berbeda.
6. Guru apabila belajar lagi lebih baik ditempatkan di lokasi yang berbeda dengan lingkungan mereka, sehingga mereka belajar lebih kaya dengan yang lain.
7. Membantu guru lebih toleran dapat didekati dengan tiga aspek, yakni (1) bantuan program persatuan dari pemerintah, (2) perubahan sikap masyarakt, terutama yang dianggap kurang tepat oleh guru, dan (3) dari guru sendiri yang mau membuka diri dan menyadari pentingnya toleransi dalam negara yang multibudaya dan multi-etnik.
8. Harapan: semoga guru kita menjadi semakin toleran dan mampu mendidik para siswa Indonesia untuk semakin toleran kepada sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H