Mohon tunggu...
Mbak Novi
Mbak Novi Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Rumah Tangga Islami

Bimbingan Profesional Rumah Tangga Silahkan Hubungi 📲 +62 811-2960-044

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Menyelesaikan Percikan Konflik Rumah Tangga dalam Islam

19 Oktober 2023   13:42 Diperbarui: 19 Oktober 2023   13:46 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Cara Menyelesaikan Percikan Konflik Rumah Tangga Dalam Islam

 

Konflik dalam rumah tangga itu seperti halnya ombak di lautan, memang harus ada. Pada saat kita jalan jalan ke pantai ya, melihat laut kok tenang tenang saja, maka lama lama kita akan bosan, jenuh dan cepat pulang atau ganti ke tujuan lain. Tapi beda halnya jika disaat kita jalan jalan ke pantai, kita melihat ombak yang kadang gelombangnya kecil kadang gelombangnya besar, maka pikiran kit aitu rasanya fresk Ketika melihat itu semua. Kita bisa tadabur alam, rasanya Bahagia melihat betapa agungnya kuasa Allah melalui hal hal seperti itu, lalu muncul pikiran kita untuk belajar surfing, belajar ilmu bagaimana cara menghadapi ombak tinggi, bagaimana cara agar tidak tenggelam dengan belajar berenang, Ya begitulah cara Allah meningkatkan taraf ilmu dan kehidupan kita.

Begitu juga dengan konflik dan ujian rumah tangga. Ujian ini hadir agar kita dan pasangan bisa refresh, bisa saling menguatkan, menambah ilmu rumah tangga dan bisa saling memahami. Makanya Allah itu sampai memberikan bekal pedoman dan tuntunan agar kita bisa lolos ujian dalam rumah tangga, caranya bagaimana ? oke langsung saja,

1. Yang pertama, QS surat Annisa ayat 128

"Dan jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, maka keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir"

Berdamai, berdamai yang dimaksud disini adalah kita sebagai istri harus ikhlas dan sabar dulu, ikhlas dan sabar itu tidak sama dengan ketidakberdayaan ya bunda. Sabar juga bukan kejumudan (sikap tertutup, mandeg, dan tidak mau berubah atau enggan mengapresiasi pemikiran baru), sehingga kita hanya terdiam tidak melakukan apa-apa. Tetapi sabar lebih condong kepada kemampuan mengendalikan diri untuk tidak mengambil tindakan sebelum tepat saatnya. Sabar (juga) lebih cenderung kepada usaha untuk menjaga kejernihan pikiran dan kebersihan hati sehingga tidak mengambil tindakan secara tergesa-gesa.

Ketika konflik muncul, kita sebagai seorang istri bisa menenangkan diri dulu, misalnya suami tadi berkata kata dengan kalimat kasar, kita sakit hati, kita merasa disalahkan, kita merasa tersinggung jadi batin kit aitu baru tersayat sayat perih ya...sebaiknya kita tenangkan dulu, obat luka hati kita dulu jangan bunda paksa buat ngomong yang ada nanti yang keluar di mulut bunda hanya kalimat ego dan emosi saja bukan kalimat menyejukan, kita berdamai dulu dengan diri kita, emosi kita dan ego kita. Baru deh saat dirasa kita sudah siap membicarakan masalah ini sama suami, kita bicarakan negosiasi sama suami biar mencapai mufakat sesuai keinginan masingmasing.

2. Nah Ketika perdamaian dan negosiasi sudah selesai maka suami harus bersikap baik pada istrinya dengan cara menggaulinya dengan cara yang baik, dalilnya ada di dalam surat annisa ayat 19 yang artinya

"Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak"

Jadi seorang suami harus membersihkan dirinya dari rasa benci dan menggantinya dengan perasaan cinta serta menghargai kelebihan dan kebaikan istrinya. Masalah yang sudah negosiasikan perlu dihapus dan direstart di dalam pikiran, alihkan fokus dari pertengkaran menjadi cinta kasih, alihkan amarah menjadi perhatian, alihkan rasa jengkel dan benci menjadi rasa cinta.

3. Kemudia yang ketiga, menerima kekurangan istri, saat istri salah biasanya kebaikan istri ini akan hilang seketika, yang diingat ingat itu rasa salah istri terus makanya suamikadang sikapnya dingin, cuek dan tidak perhatian lagi secara tiba tiba, padahal nabi memerintahkan suami untuk tetap melihat kebaikan istrinya saat istri melakukan kesalahan

Janganlah seorang Mukmin itu membenci seorang Mukminah! Sebab, jika ia tidak senang satu perangai wanita itu, tentunya ia menyukai perangai lainnya (HR Muslim)

Ketika suami melakukan kesalahan, maka alihkan fokus bunda untuk mengingat ingat kebaikan suami, jangan sampai satu kesalahan suami membakar banyaknya kebaikan suami yang bisa menjadikan diri bunda ini setiap hari akan merasa sakit hati. Istri perlu menyembunyikan perasaanya terhadap tabiat buruk suaminya pada orang lain, dan perlu dibicarakan dan diketahui oleh suami istri saja. Kalau suami mengalami perubahan sikap, bunda bisa negosiasi dan bertanya sama suami, bisa jadi suami bunda ini tipe suami yang tidak suka banyak omong, maunya ditanya dulu baru jawab, ya bunda bisa tanyakan sama suami biar masalahnya clear dan bunda bisa memperbaiki kesalahan bunda dan minta maaf sama suami. Biasanya suami itu menunjukan sikap tidak mau tidur bareng, sekalipun tidur bareng suami akan membelakangi, tidak mau menatap wajah bunda, ngomongnya cuek dan dingin, nah ini ciri ciri kalau suami merasa bunda melakukan kesalahan padanya, dalam kondisi ini bunda bisa tabbayun ke suami.tabayyun itu artinya memperbaiki hubungan yang retak, klarifikasi, pendekatan dari hati ke hati, apa yang perlu diperbaiki

Jika konflik sudah tak bisa diatasi, sementara keadaan semakin kritis dan pertengkaran semakin runcing, maka bunda bisa hadirkan wali nikah sebagai penengah, satu dari pihak suami satu dari pihak istri. Kalau masih belum bisa terpecahkan, bunda bisa menghubungi saya untuk minta bimbingan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun