Cara Menyelesaikan Percikan Konflik Rumah Tangga Dalam Islam
Â
Konflik dalam rumah tangga itu seperti halnya ombak di lautan, memang harus ada. Pada saat kita jalan jalan ke pantai ya, melihat laut kok tenang tenang saja, maka lama lama kita akan bosan, jenuh dan cepat pulang atau ganti ke tujuan lain. Tapi beda halnya jika disaat kita jalan jalan ke pantai, kita melihat ombak yang kadang gelombangnya kecil kadang gelombangnya besar, maka pikiran kit aitu rasanya fresk Ketika melihat itu semua. Kita bisa tadabur alam, rasanya Bahagia melihat betapa agungnya kuasa Allah melalui hal hal seperti itu, lalu muncul pikiran kita untuk belajar surfing, belajar ilmu bagaimana cara menghadapi ombak tinggi, bagaimana cara agar tidak tenggelam dengan belajar berenang, Ya begitulah cara Allah meningkatkan taraf ilmu dan kehidupan kita.
Begitu juga dengan konflik dan ujian rumah tangga. Ujian ini hadir agar kita dan pasangan bisa refresh, bisa saling menguatkan, menambah ilmu rumah tangga dan bisa saling memahami. Makanya Allah itu sampai memberikan bekal pedoman dan tuntunan agar kita bisa lolos ujian dalam rumah tangga, caranya bagaimana ? oke langsung saja,
1. Yang pertama, QS surat Annisa ayat 128
"Dan jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, maka keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir"
Berdamai, berdamai yang dimaksud disini adalah kita sebagai istri harus ikhlas dan sabar dulu, ikhlas dan sabar itu tidak sama dengan ketidakberdayaan ya bunda. Sabar juga bukan kejumudan (sikap tertutup, mandeg, dan tidak mau berubah atau enggan mengapresiasi pemikiran baru), sehingga kita hanya terdiam tidak melakukan apa-apa. Tetapi sabar lebih condong kepada kemampuan mengendalikan diri untuk tidak mengambil tindakan sebelum tepat saatnya. Sabar (juga) lebih cenderung kepada usaha untuk menjaga kejernihan pikiran dan kebersihan hati sehingga tidak mengambil tindakan secara tergesa-gesa.
Ketika konflik muncul, kita sebagai seorang istri bisa menenangkan diri dulu, misalnya suami tadi berkata kata dengan kalimat kasar, kita sakit hati, kita merasa disalahkan, kita merasa tersinggung jadi batin kit aitu baru tersayat sayat perih ya...sebaiknya kita tenangkan dulu, obat luka hati kita dulu jangan bunda paksa buat ngomong yang ada nanti yang keluar di mulut bunda hanya kalimat ego dan emosi saja bukan kalimat menyejukan, kita berdamai dulu dengan diri kita, emosi kita dan ego kita. Baru deh saat dirasa kita sudah siap membicarakan masalah ini sama suami, kita bicarakan negosiasi sama suami biar mencapai mufakat sesuai keinginan masingmasing.
2. Nah Ketika perdamaian dan negosiasi sudah selesai maka suami harus bersikap baik pada istrinya dengan cara menggaulinya dengan cara yang baik, dalilnya ada di dalam surat annisa ayat 19 yang artinya
"Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak"
Jadi seorang suami harus membersihkan dirinya dari rasa benci dan menggantinya dengan perasaan cinta serta menghargai kelebihan dan kebaikan istrinya. Masalah yang sudah negosiasikan perlu dihapus dan direstart di dalam pikiran, alihkan fokus dari pertengkaran menjadi cinta kasih, alihkan amarah menjadi perhatian, alihkan rasa jengkel dan benci menjadi rasa cinta.