Saya menyapa juga pada pasien sebelahnya. " Siapa nama mas ganteng ini?" tanyaku ramah. " Dino bu" jawabnya datar. " Namanya bagus. Mas Dino kelas berapa?" lanjut kutanya. " kelas 2 SD bu."
Saya lanjut ngobrol denga ibunya.
 "sakit apa bu mas Dino?"
"MDS bu"
"MDS? Apa itu bu?"
"sakit sumsum tulang belakang."
Berapa bulan kontrolnya bu?"
"sepekan sekali tranfusi darah putih, dua pekan sekali tranfusi PRC darah merah dan satu bulan sekali kontol di RSUP."
Ibu mas Dino menjelaskan dengan tegar, tanpa tangisan, tanpa raut sedih dan tidak menyalahkan Allah akan ujian ini. Beliau dengan sabar mendampingi putranya dalam berobat. Untuk menjaga di rumah sakit, sendirian, ditemani suami dikala malam. Karena paginya harus bekerja.
Mas Dino pun terlihat tegar. Tidak rewel, dan nurut terhadap semua pemeriksaan.Ketika ditinggal ibu keluar untuk membeli sesuatu, mas Dino tidak rewel dan berani sendiian di kamar. Kelas 2 SD menurutku masih cukup kecil untuk ditinggal sendirian. Tapi sang ibu sudah mentransfer jiwa ketegaran, kemandirian dan keberanian kepada putranya. Di rumah punsang ibu menitipkan anak keduanya yang  masih balita kepada saudaranya Ketika ditinggal berobat. Semua keluarga mas Dino sduah diajari mandiri. Padahal diluaran sana masih banyak anak seusia mas Dino yang masih manja.
Thalassemia dan MDS