Sampah Plastik Meningkat Di Kala Pandemi
Ketika memasuki awal tahun 2020 kemudian pandemi datang, mau tidak mau memaksa kita untuk berdiam di rumah dan melakukan semua aktifitas dari dalam rumah. Dari mulai bekerja dan sekolah yang dilakukan lewat daring (online), sampai berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Saya sendiri sangat membatasi berbelanja ke minimarket atau warung terdekat yang menjadi langganan sehari-hari. Dikarenakan kurva virus yang semakin tinggi dan status daerah yang masih masuk level merah. Sehingga untuk amannya, semua keperluan rumah tangga saya lakukan lewat belanja online.
Tapi pastinya tidak saya saja dong. Hampir semua masyarakat Indonesia juga melakukan belanja online untuk memenuhi kebutuhannya.
Dari hasil penelitian LIPI menunjukkan sebanyak 96% dari paket-paket yang terkirim menggunakan bungkus dengan bahan plastik diantaranya adalah selotip dan bubble wrap.Â
Hal ini menyebabkan sampah plastik semakin bertambah selama pandemi. Padahal plastik memiliki andil besar terhadap pemanasan global. Sejak mulai proses produksi hingga menjadi tahap pembuangan dan pengelolaannya, plastik menghasilkan banyak gas rumah kaca ke atmosfer.
Apakah yang dimaksud Net-zero Emissions?
Akhir-akhir ini sangat popular istilah net-zero emissions atau nol bersih emisi (kalau dalam Bahasa Indonesia) atau tidak ada gas buang. Idealnya yaitu jumlah emisi CO2 yang dilepas harus sama dengan jumlah emisi CO2 yang diserap.
Dalam bahasa yang sangat sederhana dan mudah dipahami terutama bagi ibu-ibu rumah tangga seperti saya adalah untuk berpartisipasi dalam mewujudkan net-zero emissions langkah kita yaitu mengurangi penggunaan peralatan yang berbahan plastik.
Maka untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) setidaknya kita bisa melakukan hal seperti mengurangi penggunaan alat yang dalam prosesnya memproduksi karbon dioksida dan membantu mengupayakan penyerapan karbon dioksida. Poin ini bisa dilakukan di lingkungan terdekat seperti keluarga, lingkungan sekitar rumah atau seputar RT.