Ayat Kursi Menolongku dari Rasa Takut - Ketika masih kecil, saya sering melewati momen saat puasa Ramadan di Kediri bersama nenek. Seperti yang pernah saya ceritakan di  artikel ini. Dengan kegiatan sehari-hari yang sangat padat. Dari mulai setelah sahur (tepatnya sebelum subuh), sampai setelah tarawih. Namanya juga anak kecil (waktu itu masih kecil hehehe). Kadang masih ada keinginan untuk bermain atau sekedar bercengkerama dengan teman-teman. Sampai tanpa terasa, sudah sangat larut malam.
Meskipun saya tinggal di tengah kota, tapi bukan di perumahan. Lebih tepatnya di kampung. Yang kalau di bulan Ramadan, jam 8 sudah tampak sepi. Kecuali di beberapa Langgar atau Surai yang masih ada satu dua orang mengaji.
Pernah suatu waktu karena terlalu asik main di rumah teman -- namanya Hariani atau Hari, tanpa menyadari sudah pukul 10 malam. Ibu Hari sudah mulai minta anak-anak untuk segera pulang. Spontan semua pada lari semburat kembali ke rumah masing-masing. Tinggal aku yang belum beranjak karena tidak berani pulang sendiri. Kebetulan aku yang rumahnya paling jauh. Meski tidak sampai satu kilo, tapi namanya di kampung kerasa banget jauh.
Rupanya Hari tahu kalau saya masih ragu-ragu mau pulang. Akhirnya dia minta ijin ke ibunya untuk mengantarku sampai pintu gang depan rumah, terus nanti akan memantau saya dari jauh.
"Kamu sudah hapal ayat Kursi belum?" sambil berjalan melewati gang rumahnya, Hari melontarkan pertanyaan.
"Sudah. Memangnya kenapa?" jawabku setengah bertanya.
"Kamu bisa membaca ayat Kursi di dalam hati atau di bibir. Kalau muncul rasa takut atau cemas. Masa lupa ajaran Gus Mik di kuliah subuh kemarin?" terang Hari.
Bulan Ramadan ini kami memang ada tugas untuk menghapalkan ayat Kursi. Sudah hampir seminggu saya terus menerus menghapalnya dan alhamdulillah sekarang sudah hapal. Untuk penjelasan lebih detail apa manfaat ayat Kursi dari Gus Mik, sepertinya saya nggak masuk dikarenakan libur bulanan.
"Aku antar sampai disini saja ya?" sambung Hari. Saya mengangguk sambil menengok kanan kiri jalanan yang sudah sangat sepi sekali.
Setengah berlari, saya meninggalkan Hari yang masih memantau dari kejauhan sampai masuk gang rumahku. Selama perjalanan, ada rasa was-was dan takut. Karena jalan benar-benar lengang dan sepi. Sambil bibir tidak berhenti mengucapkan ayat Kursi berkali-kali. Â Mungkin sudah 10x membaca ayat Kursi, barulah sampai di rumah.
Antara rasa lega dan bersyukur. Kulambaikan tangan ke Hari, sebagai tanda terima kasih. Kemudian dia masuk gang untuk kembali ke rumahnya.