Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

THR untuk Apa?

6 Juni 2018   21:36 Diperbarui: 6 Juni 2018   22:14 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Orang-orang kalau guyonan masalah THR, pasti diplesetkan ke THR jalan Kusuma Bangsa kalau di Surabaya. Yaaahhh, kalo itu sih Taman Hiburan Remaja hehehehe... Sama-sama bikin hepi dan menghibur. Tapi yang kita bahas kali ini adalah Tunjangan Hari Raya. Yang tiap tahun ke tahun masih penuh polemik dan dilema. Bukan saja dari perusahaan atau pimpinan yang mengeluarkan THR, tapi juga yang menerima. Yaitu kita, karyawan atau pegawai.

Apa yang di maksud dengan THR?

THR atau Tunjangan Hari Raya bisa dimaksudkan juga adalah Tunjangan Hari Raya untuk semua agama. THR adalah hak pendapatan pekerja yang wajib dibayarkan oleh perusahaan kepada pekerja menjelang Hari Raya Keagamaan yang berupa uang.

Hari Raya Keagamaan yang dimaksud bisa Hari Raya Idhul Fitri buat yang beragama Islam, Hari Raya Natal buat yang beragam Kristen Katholik dan Protestan, Hari Raya Nyepi bagi yang beragama Hindu dan Hari Raya Waisak bagi yang beragama Budha.

Tapi budaya memberi THR memang tidak hanya dari suatu instansi perusahaan ke pegawainya saja. Tradisi ini juga diikuti ke semua lapisan dan golongan yang merasa mempunya karyawan. Termasuk golongan rumahan, seperti yang mempunyai pembantu, baby sitter, tukang kebun atau sopir. Tentu saja dong. Karena bagaimanapun, THR adalah wujud dari rasa peduli seorang atasan kepada bawahan.

Meloncat dari topik yang sok serius di atas, lebih menarik lagi adalah membahas tentang pengelolaan setelah THR itu kita terima. Tiba-tiba banyak saja konsultan dadakan yang selalu memberi tips bagaimana mengelola THR dengan baik. Bagaimana menggunakan THR dengan bijak. Supaya tidak menimbulkan gaya hidup yang konsumtif. Dan bla bla bla banyak lagi topik yang sebenarnya menarik untuk diikuti.

Kalau bagi saya pribadi, prioritas pengeluaran itu di bagi dalam 4 pos saja. Yaitu :

  • Pos pertama adalah pengeluaran untuk amal yaitu zakat, infaq dan sedekah. Ini sangatlah wajib dan duduk di rangking utama, karena pada bulan Ramadhan kita wajib untuk mengeluarkan banyak sedekah dan zakat. 
  • Pos kedua adalah kebutuhan lebaran. Karena THR diberikan untuk memenuhi kebutuhan yang tinggi dalam menyambut hari lebaran. Baik itu soal makanan, baju, atau biaya mudik dan lain sebagainya.
  • Pos ketiga menyisihkan sedikit rejeki untuk dibagikan ke keluarga, keponakan, saudara maupun karyawan. Atau istilah ngehitsnya angpao. Karena angpao tidak hanya untuk anak-anak saja lo. Tidak masalah kalau mau berbagi juga untuk keluarga atau kenalan yang sudah dewasa maupun berkeluarga. Karena pastinya bisa membantu meringankan dan memenuhi kebutuhan mereka.
  • Pos keempat baru untuk kepentingan yang tidak terlalu mendesak seperti perbaikan rumah atau servis motor.

THR boleh saja dihabiskan untuk memenuhi keperluan dalam menyambut lebaran. Tapi kalaupun sisa juga tidak masalah, karena bisa dimasukkan tabungan. Terutama yang berpenghasilan pas-pasan, THR bisa digunakan sesuai kemampuan dan kebutuhan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun