Sebagai blogger yang sudah beberapa kali menulis review film, saya termasuk antusias dan menunggu saatnya untuk bisa menonton secara langsung film Tiga Dara ini. Karena tidak puas kalau menulis review tapi tidak nonton filmnya. Di tambah informasi dari kong Agil lewat tulisannya DISINI dan SINI, membuat semangat saya semakin menggebu, yaitu adanya lomba nulis review film ini yang diadakan oleh Planet Kenthir. Tentu saja tidak akan saya lewatkan kesempatan emas ini. Maksudnya kalau menang, hadiahnya bisa buat beli emas hehehehe.
Pas tanggal 11 Agustus saya dapat informasi kalau film ini serentak di putar di beberapa bioskop nasional. Termasuk di Surabaya. Tapi sayang banget, tidak semua bioskop menayangkan. Hanya di Ciputra World yang lokasinya sangat jauh dari rumah. Dan merupakan satu-satunya bioskop di Surabaya yang menayangkan film ini. Sebenarnya saya sudah punya insting kalau film ini tidak mungkin bisa tayang lama, seperti film-film nasional terbaru. Karena di samping kurang menarik bagi penikmat film yang sekarang rata-rata adalah anak abege atau pasangan muda yang kisaran umur di bawah 30 tahunan. Sedangkan film Tiga Dara ini cukup terkenal bagi kalangan usia di atas 50 tahunan. Karena film ini di buat pada tahun 1955-1956an. Saya aja belum lahir hehehe. Tapi ketika saya masih kecil, sekitar tahun 70an. Gaungnya cukup fenomenal pada waktu itu. Sehingga sayapun penasaran untuk bisa melihat langsung film yang banyak ditaburi bintang-bintang film terkenal itu.
Tapi ternyata kesibukan saya cukup padat dan tidak bisa di tinggalkan. Rencana mau nonton pada hari biasa tidak terlaksana. Baru ketika weekend, tepatnya hari Sabtu tanggal 20 Agustus 2016 saya mempunyai waktu luang. Sebelum berangkat, saya masih cek di internet jadwal tayang film Tiga Dara di Ciputra World. Lega rasanya, karena ternyata masih tayang. Sayapun berangkat dengan semangat 45 meski jauh dan sendirian. Dan ketika saya sampai di depan mbak-mbak yang jual tiket, ternyata…..film itu sudah diturunkan dari jam tayang. Duh nggak bisa diungkapkan bagaimana kecewanya saya. Tidak puas dengan apa yang disampaikan oleh mbak penjual tiket, saya keliling bioskop mencari poster yang mungkin masih nempel. Tapi yang saya temukan adalah poster film remake Kisah Tiga Dara yang belum tayang alias coming soon.
Rasa penasaran makin memuncak. Begitu sampai di rumah, saya langsung searching di google untuk mengetahui sejarah dari awal pembuatan film Tiga Dara ini sampai sukses di terima masyarakat. Termasuk mencari di youtube penggalan-penggalan film yang sebelum dan sesudah direstorasi. Dan hasil pencarian itu, saya tulis dalam bentuk artikel seperti di bawah ini.
Film “TIGA DARA” Pernah Diremake Dan Sekarang Direstorasi
Siapa yang tidak kenal nama Usmar Ismail? Nama besarnya sebagai sutradara, selalu menghasilkan karya-karya film yang selalu mendapat tanggapan positif dari para penonton di era tahun 50-60an. Salah satu hasil dari tangan dinginnya adalah film Tiga Dara. Film ini berusaha diselamatkan melalui restorasi master pita film oleh rumah produksi SA Films. Usaha penyelamatan tersebut membuktikan bahwa karya Usmar Ismail memang layak di sebut sejarah yang jangan sampai dilupakan.
Film Tiga Dara adalah sebuah film komedi musikal berbahasa Indonesia yang dibintangi oleh Chitra Dewi, Mieke Wijaya dan Indriati Iskak. Disutradarai oleh Usmar Ismail untuk Perfini. Diproduksi dengan menggunakan dana pemerintah dalam upaya membangkitkan Perfini dari keterpurukan. Tiga Dara memang bertujuan untuk komersil, meskipun awalnya Usmar Ismail tidak setuju. Setelah di rilis pada bulan Agustus 1957, ternyata film tersebut meraih sambutan yang tinggi. Bahkan menaikkan popularitas para bintangnya. Masuk box office tertinggi dari film Perfini manapun serta ditayangkan di bioskop-bioskop kelas satu. Bahkan Tiga Dara ditampilkan di Festival Film Venesia tahun 1959 dan meraih Tata Musk Terbaik di Festival Film Indonesia 1960. Meskipun begitu, Usmar Ismail tidak puas karena menganggap karya tersebut melenceng dari visi awal Perfini yaitu menjual karya tanpa didasarkan oleh nilai komersil.
Sejak di rilis, Tiga Dara dianggap menjadi karya klasik dari perfilman Indonesia dengan tema-tema yang masih relevan dengan masyarakat Indonesia modern. Film tersebut di remake dengan judul Tiga Dara Mencari Cinta pada tahun 1980 oleh Djun Saptohadi dan berpengaruh pada film Pacar Ketinggalan Kereta karya Teguh Karya pada tahun 1989. Selanjutnya remake kedua, Ini Kisah Tiga Dara yang diproduksi oleh Nia Dinata dan direncanakan akan di rilis pada tahun ini. Tiga Dara direstorasi dan dikonversi dalam bentuk digital 4K oleh Laboratorium L’immagine Ritrovata dan rencananya akan ditayangkan di bioskop pada bulan Agustus 2016 ini.
Produksi