Sebenarnya dalam hati Monik begitu menyesal telah melakukan protes kepada mamanya. Iba juga ia melihat perjuangan mama Mince yang harus menyelesaikan baju-baju itu sebelum lebaran tiba. Kelihatannya sih masih banyak di lihat dari tumpukan kain yang masih menggunung. Padahal lebaran tinggal 2 minggu lagi. Kemudian Monik kembali naik ke pembaringan untuk melanjutkan tidur. Dia sudah lupa dengan mama Mince yang batuknya makin parah.
Allohu akbar… Allohu akbar… Allohu akbar… Laa ilaaha illaloh huwallohu akbar… Allohu akbar walillaahilham
Suara takbir nyaring terdengar berkumandang di mana-mana. Hari kemenangan itupun tiba. Dari pagi sudah berbondong-bondong umat muslim menuju masjid atau surau untuk melaksanakan sholat Idhul Fitri. Tampak mama Mince sudah menata dan menyiapkan opor ala kadarnya di meja untuk disantap sepulang dari sholat ied. Hanya ada lontong, opor telur tanpa ayam dan kerupuk.
Monik masih malas turun dari tempat tidur. Dia hanya mengamati gerak gerik kakaknya Minul dan Mini sedang mematut diri di depan cermin. Keduanya tampak bahagia mengenakan baju baru. Lho…..?? Monik baru sadar ketika melihat baju kakak dan adiknya itu berbeda alias tidak kembar. Spontan dia meloncat dari tempat tidur dan setengah berlari keluar dari kamar hendak mencari mamanya. Karena buru-buru, Monik tidak bisa menghindari ketika mamanya baru akan masuk ke kamar. Mama Mince terpeleset dan baju yang dibawanyapun jatuh ke lantai.
Baju motif bunga yang malam itu di lihat Monik, yang menjadi impiannya selama ini. Tampak cantik dengan model yang lagi ngetrend. Apakah ini baju buatku? Belum selesai Monik termangu, dia melihat mama yang masih duduk karena terpeleset tadi. Mama menatap ke Monik dengan lembut, tanpa ada rasa marah. Dia mengambil baju yang tadi jatuh, kemudian menyorongkan ke Monik yang menandakan baju itu adalah baju lebaran untuknya. Sinar matanya yang sejuk, membuat dada Monik seperti membuncah. Spontan dia memeluk dan menghamburkan tangis di pelukan mama.
“Cepet berdandan dan berangkat sholat Ied bareng kak Minul dan Mini ya? Keburu terlambat nanti.” Ujar mama masih dengan nada yang lembut.
“Yuk kita berangkat sama-sama ke masjid ma?” tanya Monik. Di sambut gelengan kepala mamanya.
“Mama harus menyelesaikan beberapa baju yang akan di ambil hari ini, nak. Karena mereka semua sudah membayar. Uang itu buat beli kain dengan corak yang berbeda supaya mama bisa membuatkan kalian baju yang tidak kembar seperti tahun-tahun lalu.”
Tangis Monik pecah ketika mendengar alasan mamanya dalam mencari uang tambahan. Ini semua untuk menuruti keinginan Monik yang nggak mau pake baju kembaran karena malu. Malu di ejek teman-temannya. Padahal, kesehatan mamanya lebih penting. Sehingga sholat Ied kali ini mereka tidak bisa bersama-sama. Sunggu Monik merasa menyesal sekali.
“Maafkan Monik ya maaaaa…. Monik nggak akan dengerin omongan teman-teman lagi. Monik sayang mama. Monik gak pengen mama sakit.”
Minul dan Mini ikut memeluk mamanya yang bahunya terus terguncang karena batuk. Tangan mama mencoba merengkuh 3 tubuh mungil anak-anak kesayangannya itu.