Sore itu senja cukup indah. Seperti biasa mereka berdua menikmati suasana menjelang malam di pantai putih. Bayu memegang erat tangan Asih dan sesekali merapikan rambut panjangnya yang berlari-lari dipermainkan angin.
“Aku sayang kamu Asih.” desis lembut suara Bayu mampir di telinga Asih.
Muka Asih spontan merah padam. Diapun tertunduk karena tersipu-sipu. Kemudian memalingkan muka, menghindari tatapan Bayu yang mendesak menunggu jawaban dari mulut mungilnya.
“Heiiii....jawab dong Asih. Ini yang kesekian kalinya kamu tidak pernah mau menjawab ungkapan cintaku.” ya. Ada rasa sedikit kesal dari balik suara Bayu yang mulai meninggi, ketika Asih tetap mengunci rapat bibirnya.
Asih masih saja memalingkan mukanya karena malu, walaupun dadanya membuncah dan berdegup kencang karena rasa bahagia. Tapi dia tidak mau hal itu diketahui Bayu.
“Baiklah kalau begitu. Berarti kamu tidak sungguh-sungguh menyayangi aku. Atau mungkin aku bukan satu-satunya di hati kamu?” cetus Bayu sambil beranjak pergi.
“Aku malu Bayu. Jangan paksa aku untuk mengatakan itu. Pasti kamu sudah tahu isi hatiku.” elak Asih. Dikejarnya Bayu yang mulai menjauh darinya.
“Kenapa malu? Aku tahu kamu pasti sayang sama aku. Tapi aku hanya ingin kamu mengucapkan langsung dari mulutmu. Lagipula kita kan cuman berdua Sih?”
“Sekali lagi jangan paksa aku Bayu. Suatu saat kau pasti akan tau tanpa harus aku ucapkan." teriak Asih sambil berlalu menjauh untuk menghindari desakan Bayu. Perasaannya makint idak nyaman kalau Bayu sudah membicarakan hal yang sensitif bagi Asih itu.
Kali ini Bayu tidak mengejar Asih seperti biasanya. Memang sedikit aneh gadis ini, demikian pertanyaan yang selalu mengganggu di pikiran Bayu. Beribu kali dia menyatakan sayang, tak satupun jawaban serupa meluncur dari bibir Asih. Meskipun Bayu tahu pasti bahwa Asih juga pasti sangat menyayanginya.
Tapi jauh di relung hati Asih, yang tidak mungkin diketahui oleh Bayu. Asih menangis dalam hati.