[caption id="attachment_406124" align="aligncenter" width="300" caption="Banner nangkring yang keren (dok.pri)"][/caption]
Dengan tajuk “Jelajah Non Tunai Bersama Bank Indonesia, kali ini acara Nangkring Kompasiana menyapa kota Surabaya untuk yang kesekian kalinya. Di sambut berbagai rasa yang campur aduk, tentunya senang dan semangat sekali. Bisa di lihat dari respon yang mendaftar lewat admin Kompasiana dari beberapa bulan yang lalu semakin bertambah banyak hingga menjelang acara. Padahal seminggu yang lalu Kompasiana baru menggelar acara Kompas Kampus di Unair dengan peserta yang cukup fantastis. Ternyata justru semakin banyak event yang diselenggarakan di kota buaya ini, antusias itu menulari Kompasianer yang berasal dari luar kota untuk turut berpartisipasi menerapkan moto blog keroyokan kita yang tercinta ini yaitu "Sharing & Connecting".
Sesuai dengan judul di atas, artikel kali ini akan banyak saya hiasi foto-foto ketika berlangsungnya acara Nangkring Jelajah Non Tunai Bank Indonesia di Surabaya kemarin. Karena rencana saya ingin mencoba menulis tersendiri pembahasan tentang ekonomi terutama mengenai Pembayaran Non Tunai atau Uang Elektronik yang menjadi topik acara nangkring kali ini.
[caption id="attachment_406109" align="aligncenter" width="300" caption="Mas Junanto bercerita tentang tugas BI (foto milik mas Junanto)"]
Acara di buka oleh kompasianer kebanggaan Kompasiana dan (dulu) kebanggaan kota Surabaya yaitu mas Junanto Herdiawan yang sudah beberapa bulan ini hijrah ke Jakarta. Karena di samping sebagai penulis aktif di blog keroyokan tercinta kita ini, beliau juga seorang pakar ekonomi di Bank Indonesia. Dalam sambutannya, mas Iwan (panggilan akrabnya) sekilas bercerita tentang fungsi Bank Indonesia sebagai bank sentral salah satunya yaitu bertugas menjaga kestabilan sistem keuangan. Ternyata meskipun hari-hari beliau disibukkan dengan urusan ekonomi dan keuangan, kegiatan menulis sudah di mulai sejak tahun 2008 dan tetap aktif hingga sekarang. Alasan yang membuat mas Iwan begitu cinta dunia menulis adalah karena bisa menyehatkan pikiran, menambah teman tapi juga ajang diskusi yang menarik. Saya setuju sekali dengan alasan mas Iwan di atas.
[caption id="attachment_406110" align="aligncenter" width="300" caption="mas Isjet sebagai moderator (dok.pri)"]
Ketika sudah menginjak acara utama, MC yang centil bernama Azizah yang ternyata adalah teman lama saya itu memanggil moderator yang nantinya akan memandu jalannya acara. Tampillah mas Iskandar Zulkarnain atau mas Isjet dengan batiknya yang khas dan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Mungkin dia juga lagi berbahagia bisa bertemu dengan teman-teman Kompasianer Surabaya yang sudah banyak hadir dengan penuh semangat dan antusias pada pagi hari ini. Sebelum memulai acara, mas Isjet menghangatkan suasana dengan sedikit membahas tentang artikel ekonomi di Kompasiana yang sebenarnya banyak juga para kompasianer menulis. Tetapi sayang responnya kurang bagus. Padahal menulis tentang topik ekonomi itu tidak mudah. Sudah nulisnya susah eh yang baca sedikit. Karena tidak semua orang tertarik dan bisa dengan mudah memahami bahasa ekonomi. Padahal kalau kita mau mempelajari, akan ada banyak hal yang menarik dan bermanfaat yang bisa kita ambil.
Di bawah ini adalah gambaran keseruan acara dalam bidikan foto beberapa teman. Saya sengaja mengambil gambar-gambar ini tapi pake ijin (paling tidak sumbernya di tulis kan hehehehe), supaya akan banyak variasi foto yang bisa ditampilkan disini. Karena kebetulan foto yang saya ambil pake kamera digital, hasilnya kurang maksimal.
[caption id="attachment_406125" align="aligncenter" width="300" caption="Moderator dan nara sumber acara nangkring (dok.firy)"]
Acara Nangkring kali ini dimoderatori oleh bang Isjet yang mewakili Kompasiana dan menghadirkan nara sumber mas Diat dari Bank Indonesia dan bu Herlina dari perwakilan ASPI. Dengan penyampaian yang jelas dan gamblang dalam bahasa yang mudah diterima orang awam dari para nara sumber, sehingga membuat para kompasianer beradu menyampaikan berbagai pertanyaan. Saya pun tidak mau kalah mengajukan pertanyaan kepada ibu Herlina, sebagai berikut :
1. Apakah kartu pembayaran non tunai tersebut ada batas waktu penggunaan bila lama tidak di isi (top up). Ternyata tidak ada batas waktunya selama fisik dari kartu tersebut dalam keadaan bagus.
2. Setiap kartu yang dikeluarkan dari masing-masing bank, hanya bisa digunakan di tempat atau mechant yang sudah menjalin kerjasama dengan bank penerbit. Tapi untuk kedepannya, pihak ASPI akan mengatur supaya satu mesin bisa dipergunakan oleh beberapa kartu dari macam-macam bank.
Selalu ada keseruan ketika bisa berkumpul dengan teman kompasianer dari kota-kota lainnya. Komunikasi yang biasanya hanya terjalin lewat dunia maya (ketika saling berkomentar di artikel), tidak ada rasa canggung ketika bertemu di dunia nyata. Seperti sudah mengenal lama dan akrab. Lucu ya? Tapi itulah ajaibnya Kompasiana...
[caption id="attachment_406120" align="aligncenter" width="300" caption="mas isjet dan para konek (dok. mbak nur)"]
[caption id="attachment_406122" align="aligncenter" width="300" caption="mas arif khunaifi, mbak nur, mas junanto, avy & firy (dok. mbak nur)"]
[caption id="attachment_406118" align="aligncenter" width="300" caption="Avy, Yuni, Nur, Firy (dok. mbak nurhasanah)"]
[caption id="attachment_406121" align="aligncenter" width="300" caption="suasana ketika istirahat makan siang (dok.pri)"]
Acara nangkring kali ini melahirkan inspirasi baru yaitu dengan terbentuknya komunitas bernama KONEK atau Kompasianer Bonek. Dimana komunitas ini memberi media rekan-rekan kompasiana yang tinggal di wilayah Surabaya atau Jawa Timur dalam mencari informasi baik tentang Kompasiana dengan segala kegiatannya atau komunikasi antar Kompasianer. Dengan terbentuknya Konek ini diharapkan bisa lebih mempererat persaudaraan dan kekompakan yang terjalin, sehingga kegiatan yang terselenggara banyak melahirkan hasil yang positif dan berguna bagi sesama.
[caption id="attachment_406113" align="aligncenter" width="300" caption="Saya bercerita tentang sejarah lahirnya Konek (dok. mas isjet)"]
Yang membuat makin seru adalah lomba twitter yang diselenggarakan on the spot. Hal ini tidak akan disia-siakan oleh para kompasianer yang memang sehari-hari berkutat dengan segala macam media sosial. Akhirnya terpilih 5 orang pemenangnya dengan hadiah KCC dari Kompasiana yang bekerja sama dengan Bank Indonesia.
[caption id="attachment_406129" align="aligncenter" width="300" caption="Para pemenang twitter (dok.pri)"]
Di penghujung acara, satu-satunya "laki-laki penghibur" yang mampu mengocok perut pengunjung adalah stand up comedy oleh Didik Gigis. Padahal awalnya saya nggak yakin kalo dia itu akan bisa melucu. Dengan tampilan yang "sok" serius dan busana yang formil, gayanya malah lebih cocok seperti seorang pegawai bank. Tapi ternyata, siang yang panas itu cukup segar mendengarkan dia "ngomel, nggerundel bin nggeremeng" khas layaknya stand up comedy kebanyakan di televisi. Dan didik gigis yg tidak gigis itu sukses membuat para hadirin terpingkal-pingkal.
[caption id="attachment_406115" align="aligncenter" width="300" caption="stand up comedy oleh didik gigis (dok.pri)"]
Acara di tutup dengan ritual wajib, yaitu selfie berjamaah. Meskipun ketika berfoto dalam keadaan seru dan lucu, tapi melihat hasil bidikan mas Nurul di bawah ini jadi terharu dan senang. Terlihat betapa hangat dan kompak antara punggawa kompasiana dan para kompasianer yang hadir kali ini.
[caption id="attachment_406128" align="aligncenter" width="300" caption="Para Konek'ers (dok. mas husni anshori)"]
[caption id="attachment_406112" align="aligncenter" width="300" caption="ritual wajib...selfie berjamaah (dok. mas nurul)"]
Sampai jumpa di acara Kompasiana selanjutnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H