Semoga tidak bosen baca cerita saya yang memang masih anget banget, seputar kopi darat terbesar yaitu Kompasianival 2014 dan cerita kopdar lainnya yang tidak kalah seru ketika selama 3 hari saya di Jakarta. Kenapa begitu? Karena tujuan utama  saya ke Jakarta memang tidak lain adalah cuman satu yaitu ber-KOPI DARAT-ria. Dan tujuannya tidak hanya satu kali, tapi ada beberapa kali. Yang keturutan cuman 3 kali dan cukup berkesan.
Jadi, cerita tentang kopdar di Jakarta kemarin saya golongkan 3 jenis yaitu :
- Kopi darat terseru
- Kopi darat termanis
- Kopi darat terheboh
[caption id="" align="aligncenter" width="553" caption="Narsis di kereta ketika menuju jakarta (Dok. Mbak Nur)"][/caption]
Ceritanya adalah sebagai berikut :
1.Kopi Darat Terseru
Dari Surabaya, saya cuman berdua dengan kompasianer yang biasa saya panggil yunda Nur Hasanah. Dengan semangat 10 Nopember di mulai berangkat jam 20.45 dari stasiun Pasar Turi Surabaya naik kereta api Jayakarta, kami cukup menikmati perjalanan meski ada beberapa kali skejul keterlambatan. Singkat cerita, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata bagaimana kesan yang tertinggal setelah mengikuti prosesi acara Kompasianival dari pagi jam 9 sampai jam 10 malam. Seru habis, bisa bertemu sahabat dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Seharusnya ini menjadi contoh tentang kerukunan dan rasa persatuan yang alamiah muncul dari lubuk hati karena kesadaran yang tinggi sebagai bangsa Indonesia.
[caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="Kopi darat dengan sahabat dari sabang sampai merauke (Dok. Mbak Nur)"][/caption] 2. Kopi Darat Termanis
Setelah janjian untuk ketemuan beberapa kali tapi meleset terus, akhirnya kepergian saya ke Jakarta kali ini sekaligus ingin bersilaturahmi dengan sahabat lama saya yang kebetulan sama-sama berasal dari Madiun yaitu mbak Iin. Terakhir kami bertemu tahun 2011 pada waktu lebaran di Madiun. Sengaja memang saya memberitahu mbak Iin kalau mau ada acara di TMII. Karena kebetulan rumahnya dekat TMII, makanya dia menawarkan diri untuk menjadi guide sekaligus meminta saya untuk nginap di rumahnya. Tentu saja saya tidak menolak. Akhirnya hari Sabtu 22 Nopember itu mbak Iin menjemput kami di stasiun Jatinegara, sekaligus menemani acara selama Kompasianival sampai menyediakan rumahnya untuk menginap. Silaturahmi tercapai, acara lancar dan bisa berkangen ria dengan sahabat.
[caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="Silaturahmi dengan sahabat dan keluarga dari madiun (Dok. Pribadi)"][/caption]
3. Kopi Darat Terheboh
Kopdar kali ini paling unik, tentu saja menarik, walau sempat bikin sedikit senewen. Meskipun berakhir dengan hepi ending. Karena sudah direncanakan sejak 2 bulan yang lalu untuk bisa bertemu yaitu antara saya, jeng Vita Sinaga dan mbak Mike Reyssent. Setelah berkomunikasi secara intens di inbox kompasiana dan fesbuk, kemudian berlanjut lewat sms dan telpon. Tentunya dengan merancang tema serta skenario yang di buat semenarik mungkin supaya nantinya tercipta pertemuan yang sangat berkesan. Tapi dengan berjalannya waktu yang mendekati hari H ternyata kesibukan mbak Mike sangat padat dan ketat, sehingga tidak memungkinkan untuk ikut bergabung.
Saya beberapa hari sebelumnya sudah mengingatkan jeng Vita supaya menjaga kondisi karena nampaknya dia sedang sakit. Saya ancam untuk tidak bisa ketemu kalau dia masih belum fit. Tapi ternyata sehari sebelumnya jeng Vita sudah bilang kalau dia sudah sehat dan siap menerima kedatangan saya.
Eh ndilalah... hari Minggu pagi rumah sahabat saya tersebut sedang mendapat jatah arisan keluarga. Sehingga saya merasa sungkan kalau harus keluar rumah pagi-pagi sekali. Padahal dia sebenarnya juga sudah tahu kalau saya akan ketemuan dengan teman dari Kompasiana. Sudah disiapkan juga sopir yang nantinya akan mengantarkan saya. Di luar skenario, tidak memungkinkan saya untuk berangkat pagi-pagi. Sambil sedikit menghibur diri, untuk berangkat agak siang saja mungkin tidak papa. Tanpa menyadari bahwa ini di Jakarta, bukan di Surabaya. Jarak satu tempat ke tempat yang lain berjauhan, belum macetnya.
Saking sibuk membantu persiapan arisan, saya tidak sempat melihat hape. Ketika hari menjelang siang, baru saya tersentak mendengar bunyi telpon genggam yang tidak berhenti-henti. Ada 8x miscall dan 4 sms. Baru saya merasa panik. Di tambah tiba-tiba muncul telpon dari jeng Vita. Ketika saya angkat......suara dia tidak kalah panik, bercampur gemas dan kesal ditumpahkan pada saya. Gimana tidak kesal. Dari janjian jam 11, dia sudah meluncur ke tempat yang sudah disepakati untuk bertemu, dan saya belum bersiap sama sekali untuk berangkat. Padahal jarak antara Depok (rumah teman saya) ke Mall Lippo Karawaci Tangerang, bukan jarak yang dekat. Saya menghibur jeng Vita yang sudah bersiap untuk kembali ke rumah, kalau saya segera meluncur ke tekape.
Ndilalah lagi... sopir yang sedianya mengantar saya, ternyata ada tugas ndadak yang tidak bisa di tinggal. Akhirnya teman saya menelpon putra sulungnya untuk segera balik pulang. Kebetulan putranya sedang ke bengkel memasang beberapa asesoris mobilnya. Dia berjanji untuk segera pulang, tapi lokasi bengkel itu di Cibubur. Tentunya tidak bisa dalam waktu setengah jam sudah sampai di Depok. Teman saya kasihan kalau saya harus menunggu lebih lama lagi. Beruntung putra dari kakaknya sedang tidak ada kegiatan. Jadilah dia ketiban sampur untuk mengantarkan saya. Walaupun masih menunggu setengah jam lagi karena dia masih harus mandi dan berdandan. Tahu sendiri kan, anak jaman sekarang sudah ketularan gaya hidup metroseksual. Keluar rumah harus tampil prima dan maksimal. Ya sudah, kembali saya menunggu dengan deg-degan dan senewen tingkat tinggi karena telpon dari jeng Vita tidak pernah berhenti berdering. Saya sudah mulai meluncurkan rayuan tingkat tinggi supaya dia bersabar dan masih mau menunggu kedatanganku.
Lebih dari setengah jam kemudian, Bonnie – keponakan temen saya itupun selesai. Entah karena senewen atau sedikit ngelamun bin ngelindur dan tentunya bingung karena telpon yang tidak berhenti-berhenti  dari jeng Vita, saya bilang ke Bonnie untuk di antarkan ke Mall Lippo Cikarang. Tanpa bertanya dua kali, dia langsung meluncur dengan sedikit ngebut (atas permintaan saya). Cukup beruntung jalan tol tidak macet kali ini. Tapi entah kenapa perasaan saya sungguh tidak enak. Saya mencoba menghilangkan dengan ngobrol dan bercanda dengan Bonnie. Sedang mbak Nur kadang terlelap sebentar, mungkin capek karena acara yang padat sampai malam. Walaupun saya sendiri sebenarnya juga merasa ngantuk, tapi gak enak sama Bonnie kalau di tinggal tidur.
Tidak sampai setengah jam, kami sampai di depan Mall Lippo Cikarang. Perasaan saya semakin tidak enak. Saya coba intip sms dari jeng Vita yang memberitahukan tempat pertemuan kami. Deg.....akhirnya terjawab rasa tidak enak saya itu. Lokasi yang sebenarnya ternyata di Mall Lippo Karawaci, jadi bukan Cikarang. Bonnie hanya tersenyum kecut. Saya makin senewen. Mbak Nur ikutan bingung. Tapi Bonnie mencoba menghibur saya dengan mengatakan kalo lokasinya tidak terlalu jauh. Akhirnya kembali kami menyusuri jalanan yang tadi di lewati, dengan perasaan berkecamuk seperti nano-nano. Tentunya perasaan saya di tambahi rasa bersalah dan menyesal kenapa tidak dari tadi memperjelas lokasinya ke Bonnie. Berulang-ulang saya nanya ke Bonnie, berapa menit lagi nyampe... Sementara jeng Vita sudah pamit mau pulang saja, karena bang David tidak ada yang nemenin. Saya sudah pengen nangis dan teriak merasa karena keteledoran harus nyusahin banyak orang. Sambil menghibur diri untuk tidak panik, telpon jeng Vita saya operkan ke mbak Nur karena saya sudah super nervous. Kembali lagi saya katakan bahwa kami tetap beruntung karena tidak terkena macet. Meskipun memakan waktu lebih dari setengah jam, akhirnya sampailah kami di depan Mall Lippo Karawaci. Dengan nego yang alot sambil menghiba meminta supaya jeng Vita jangan pulang dulu. Atau kami ketemuan di rumahnya saja. Akhirnya dia bersedia menunggu dan menyebutkan tempat dimana kami bisa ketemu yaitu Steak 21.
Tapi akhirnya saya menunggu dia di depan counter Bata di lantai dasar. Tidak sampai 10 menit, dia sudah ada di hadapan saya. Sambil setengah memekik karena kegirangan, akhirnya kami tertawa dan berpelukan. Hilang sudah rasa kesal dan senewen yang tadi sempat menguasai perasaan masing-masing. Di tambah hadirnya mbak Nur, suasana semakin hangat.
[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Narsis untuk kenang-kenangan (Dok. Mbak Nur)"][/caption]
Selanjutnya kami berpindah tempat ke cafe Steak 21. Masih ramai dengan saling bercerita dan bercanda. Apalagi ketika membahas skejul ketemuan yang molor dengan berbagai kendala. Terutama saya, di ledek habis-habisan karena ceroboh dan pikun kayak nenek-nenek (kata jeng Vita). Tapi memang sudah tidak ada kekesalan seperti tadi, berganti keceriaan. Apalagi di tambah acara berfoto-foto dan bernarsis ria. Saya semakin terharu dan kagum pada sosok perempuan yang sebenarnya manja tapi ternyata begitu keibuan dan perhatian pada putra sulungnya. Dia hampir tidak pernah melepaskan perhatian atas keberadaan putranya tersebut, bahkan selalu kepikiran kalau di tinggal terlalu lama. Demi menghormati kami yg sudah jauh-jauh dari Surabaya, meskipun sudah bikin kesal... pembantu yang untuk sementara ini menemani bang David di minta memundurkan waktu satu jam lagi supaya ada kesempatan kami bertemu sedikit lama
(Dok. Mbak Nur) Kompasiana memang ajaib. Lewat media ini kami bisa menemukan sahabat bahkan sudah seperti saudara ketika bertemu. Tanpa ada kecanggungan meskipun sebelumnya tidak pernah bertemu. Itu yang tidak ada di media manapun. Untuk sekedar komunikasi pasti bisa. Tapi merekatkan hati dan niat untuk melanjutkanke jenjang silaturahmi, hanya ada di kompasiana. [caption id="" align="aligncenter" width="389" caption="Semoga bisa bertemu lagi di lain kesempatan (Dok. Mbak Nur)"][/caption] Rasanya memang masih kurang puas kalau bercengkerama hanya satu jam. Tapi itulah yang harus kami lakukan, merelakan untuk kembali berpisah. Â Jam 5 tepat pertemuan yang manis itu harus berakhir, karena jeng Vita tidak bisa meninggalkan bang David terlalu lama. Saya dan mbak Nur pun harus berburu tiket untuk kembali ke Surabaya. Lewat dokumentasi foto dan tulisan inilah, saya ingin mengukir sejarah dalam hidup serta kenangan indah yang tidak mungkin kami lupakan. Sesuatu yang sepertinya tidak terpikir bisa terjadi, tapi ikatan batin yang kuat dan niat untuk bisa menjalin silaturahmi meski banyak kendala yang dihadapi.
Terima kasih jeng Vita atas waktumu... Terima kasih juga atas keikhlasan dan kesabaranmu untuk semuanya... Eh terima kasih juga atas traktirannya (yg katanya masih dalam rangka hari ulang tahun meski sudah lewat lama hehehehehe) semoga panjang umur dan panjang rejeki.... amiin
Saya berharap semoga kita bisa bertemu kembali di lain waktu... GBU and your family...
[caption id="attachment_379555" align="aligncenter" width="300" caption="berpelukaaaaannn....kayak gak mau pisah hehehehe (bbm jeng vita)"]
Tiga hari di Jakarta meninggalkan kesan yang sangat membahagiakan. Salah satunya saya tidak pernah ketemu kemacetan, meskipun ketika menerjang hujan lebat ketika menuju Bandara Soekarno Hatta 23 Nopember 2014 sore hari. Bye bye Jakarta.... selamat datang Surabaya  yang kurindu....
[caption id="attachment_379571" align="aligncenter" width="300" caption="Tetep narsis, ketika di pesawat mau menuju Surabaya (dok. mbak nur)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H