Mohon tunggu...
Yulianti
Yulianti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Warga Negara Indonesia Asli, yang cinta dengan tanah air Indonesia. Seorang guru SMP Negeri 3 Pseksu, di Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku dan 17 Agustus 2011 (Episode 2)

17 Agustus 2011   17:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:41 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

16 Agustus 2011

Pukul 08.30 WIB

“ Bu Yuli, nanti latihan upacara yah,” Suara Pak Ramlan menyambutku ketika masuk ke kantor guru pagi itu.

“ Iya Pak, tapi nanti yah Pak, saya ada jam, sampai jam ke 3, sudah mengajar, insyaAllah latihan,”sahutku. Dan aku pun menuju kelas 8.4, yang telah menantiku, karena bel masuk sudah terdengar.

Tiga jam pelajaran pun berlalu, pukul 09.00 WIB, pak Yordan menemuiku, “Bu Yuli, kita latihan sore saja, saya ada pekerjaan. “ Kulihat, beliau sibuk mengurus berkas sertifikasi yang mau “cair”. Tunjangan serifikasi, sebesar satu bulan gaji, di berikan yang telah mendapat sertifikasi sebagai guru profesional. Biasanya, di daerah diberikan rapel per tiga bulan. Bagi guru, tunjangan dan sertifikatnya sangat dan sama berartinya. Mudah-mudahan tahun depan dapat panggilan buat sertifikasi. Amin.

Setelah menjawab oke, rencana kami jam 3 sore mau latihan. Setelah kembali ke kantor. Pak Azis menemuiku pula, karena misi negara ini,” Bu Yuli ayo kita latihan sekarang.”

“ Wah pak, saya mau dhuha dulu yah, 10 menit saja, lagian kata Pak Yordan, sore aja,” ujarku, seraya beranjak ke mushola.

“Wah, kalau sore panas Bu, entar saya telpon pak Yordan. Mumpung masih pagi, lagian sore saya mau cari air, sumur kami sudah kering.” Memang, saat ini di daerah kami, sedang musim kemarau panjang, banyak yang sudah mandi ke sungai. Bahkan kata tetanggaku yang sudah mandi ke Sungai yang jaraknya 4 km, Sungai Lematang sudah seperti pasar, karena ramainya. Alhamdulillah, sumur kami airnya masih ada.

“Oke pak, saya kosong sampai pukul 12, tapi dhuha dulu yah”, aku bergegas ke musholla.

Sepuluh menit kemudian, kami, pengibar bendera 17 Agustus 2011, Pak Azis, aku, Pak Yordan, memulai latihan ditemani Pak Supriyanto, pembina OSIS yang sering melatih siswa latihan. Hm, kenapa mesti guru yang menjadi petugas, di luar kebiasaan. Namun, aku mengambil sisi positifnya, bahwa tahun ini 17 Agustusmenjadi sesuatu yang berbeda. Dimana aku menjadi pengibar bendera.

Setelah 5 kali latihan, Alhamdulillah meski lelah kami kompak dan tak melakukan kesalahan, insyaAllah tanggal 17 Agustus sukses deh.

Selama latihan, terdengar teriakan siswa,”Bu Yuli, latihan yah Bu...semoga sukses...” Mereka melihat hal yang luar biasa. Sama seperti perasaan kami.

Selesai latihan, Pak Azis berujar,” Semoga besok sukses, dan kita tidak salah, kalau tidak, alangkah malunya kita terhadap siswa. “ Hal yang di takuti ketika bagi petugas penaikan bendera adalah bendera terbelit, tak terkibar sempurna saat di bentangkan sebelum tali di tarik. Jika hal ini terjadi, sungguh malu sekali. Karena ada lebih dari 900 siswa yang memperhatikan.

Aku dan Pak Yordan mengangguk,” Yah, ini misi negara, insyaAllah sukses”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun