Mohon tunggu...
nur rofiq akbar
nur rofiq akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

traveling,ngopi asik,berburu senja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayangan di Balik Jendela

18 September 2024   14:38 Diperbarui: 18 September 2024   14:40 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangan di Balik Jendela

Di sebuah kota kecil yang tenang, terdapat sebuah rumah tua yang telah lama terbengkalai. Rumah tersebut berdiri di pinggir jalan, dikelilingi oleh kebun yang penuh dengan rumput liar dan semak-semak. Meskipun kota itu sering mengalami perubahan, rumah tua ini tetap terabaikan, dan cerita tentangnya sering menjadi bahan perbincangan di kalangan warga.

Hari itu, hujan turun dengan deras, dan awan gelap meliputi langit. David, seorang pemuda berusia dua puluh enam tahun, baru saja kembali ke kota kelahirannya setelah beberapa tahun merantau. Dia mendengar cerita tentang rumah tua itu dari neneknya, dan rasa penasaran membuatnya memutuskan untuk menyelidikinya sendiri.

David adalah seorang penulis novel misteri. Kembali ke rumah membuatnya merasa nostalgia, dan dia melihat kesempatan untuk mencari inspirasi untuk buku barunya. Setelah memarkir mobilnya di tepi jalan, dia melangkah menuju rumah tua dengan jas hujan dan senter di tangan. Pintu rumah yang sudah berkarat terasa berat saat dia dorong, dan bunyi berderitnya memenuhi kesunyian malam.

Di dalam rumah, suasananya sangat gelap dan dingin. Debu tebal menutupi setiap permukaan, dan udara berbau lembap. David menyalakan senternya dan mulai menjelajahi ruangan demi ruangan, mencari sesuatu yang menarik. Tidak lama setelah memasuki ruang tamu, dia menemukan sebuah lukisan tua yang tergantung di dinding, menggambarkan seorang pria dengan tatapan kosong yang tampaknya mengikuti gerakannya.

David melanjutkan pencariannya ke lantai atas. Tangga kayu yang sudah lapuk membuat bunyi berderak setiap kali dia melangkah. Di lantai atas, dia menemukan beberapa kamar tidur yang sudah rusak dan kosong. Namun, ada satu kamar yang tertutup rapat. Pintu kamar tersebut terlihat lebih baru dibandingkan dengan pintu-pintu lainnya, dan kuncinya tampaknya masih ada di tempatnya.

Dengan hati-hati, David membuka pintu tersebut dan menemukan ruangan kecil dengan jendela besar yang menghadap ke kebun. Di sudut ruangan terdapat meja kerja dengan beberapa dokumen dan buku tua. Di atas meja terdapat sebuah buku catatan dengan sampul kulit yang usang. David mengambil buku itu dan mulai membukanya.

Tulisan di dalam buku tersebut adalah catatan harian milik seseorang bernama Samuel Green, seorang penduduk setempat yang dikenal karena kecintaannya terhadap seni. Catatan itu mengisahkan tentang proyek seni terakhir Samuel yang tampaknya tidak pernah selesai. Namun, ada sesuatu yang aneh---Samuel menulis tentang "bayangan" yang selalu mengikutinya dan tampaknya menjadi sumber inspirasi dan ketakutan.

Saat David membaca lebih lanjut, dia menemukan bahwa Samuel semakin terobsesi dengan bayangan itu dan akhirnya menghilang tanpa jejak. Catatan terakhirnya berbicara tentang menemukan "kebenaran di balik bayangan" dan meminta maaf kepada seseorang yang tidak disebutkan namanya.

David merasa ketegangan mulai meningkat. Dia memperhatikan bahwa jendela di kamar itu memiliki tirai yang tampaknya bergerak meskipun tidak ada angin. Dia mendekati jendela dan membuka tirai dengan hati-hati. Di luar jendela, dia melihat sebuah sosok yang berdiri di kebun, tampak seperti seorang pria dengan mantel panjang dan topi fedora. Sosok itu berdiri di tempat yang sama di mana David melihat bayangan bergerak tadi.

David merasa jantungnya berdebar. Dia mencoba untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, tetapi sosok itu tiba-tiba menghilang, seolah-olah tersapu oleh kegelapan. David memutuskan untuk meninggalkan kamar dan mencari tahu lebih lanjut di luar rumah.

Di kebun, David mencari jejak sosok itu dan menemukan sebuah pintu rahasia yang tersembunyi di balik semak-semak. Pintu itu terbuka menuju sebuah ruang bawah tanah kecil. David menyalakan senternya dan turun ke ruang bawah tanah, di mana dia menemukan sebuah studio seni yang tersembunyi. Dinding studio dipenuhi dengan lukisan-lukisan aneh yang menggambarkan bayangan hitam yang menyerupai sosok.

Di sudut ruangan, David menemukan sebuah kotak kayu dengan nama "Samuel Green" terukir di atasnya. Ketika dia membuka kotak tersebut, dia menemukan barang-barang pribadi Samuel, termasuk foto-foto dan surat-surat yang menunjukkan bahwa Samuel sebenarnya adalah seorang seniman yang sangat berbakat dan tertekan.

Satu surat terakhir menarik perhatian David. Surat itu ditujukan kepada seseorang yang dikenal sebagai "Sahabat Sejati," dan di dalamnya Samuel mengungkapkan rasa takutnya terhadap bayangan yang tidak bisa dia jelaskan dan bagaimana bayangan itu tampaknya telah merasuk ke dalam setiap karyanya. Samuel meminta agar "Sahabat Sejati" menemukannya jika dia tidak bisa kembali.

David merasakan sebuah pencerahan. Dia mulai menyadari bahwa bayangan yang diceritakan Samuel mungkin bukanlah makhluk supernatural, melainkan representasi dari ketakutan dan tekanan psikologis yang mengganggu hidupnya. Dengan pemahaman baru ini, David kembali ke rumah dan menulis sebuah artikel tentang penemuan dan interpretasinya.

Cerita David akhirnya menjadi buku yang sukses, memadukan unsur misteri dan psikologi yang mendalam. Dia menyadari bahwa misteri yang sebenarnya bukan hanya tentang apa yang terlihat di luar, tetapi juga tentang apa yang tersembunyi di dalam diri kita. Dan dengan itu, David menutup bab baru dalam hidupnya, di mana bayangan di balik jendela bukan lagi sumber ketakutan, tetapi inspirasi untuk pemahaman yang lebih dalam tentang manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun