Nah, rencana mundur beberapa kali ini menimbulkan pertanyaan. Apakah Pak Prabowo mengubah strategi dan mengganti nama capres??? setelah Pak Jokowi mengagetkan publik dengan memilih KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres. Ternyata Pak Jokowi memilih ulama sebagai cawapresnya.
Yang menurut Simbah Tragis adalah hingga malam, Pak Prabowo masih membangun komunikasi dengan Pak SBY terkait nama Cawapres. Bahkan, simbah sempet mikir, jangan-jangan Pak Prabowo berusaha menghubungi UAS untuk menjadi Cawapres beliau, guna mengimbangi kekuatan Cawapres Pak Jokowi yang dari kalangan ulama. Ya bisa saja begitu to. Mungkin UAS gak ngangkat telponnya, terus Pak Prabowo terbang pake privet jet untuk menemui langsung UAS. Makanya deklarasi jadi molor,hehehe...
Lho jangan salah, meskipun UAS tidak punya partai tapi beliau didukung oleh PAN dan PKS. Lagipula, tak perlu meragukan penggemar dan pendukung UAS. Hal tersebut sudah pernah simbah bahas pada video kedua.
Partai Demokrat tidak mendampingi Pak Prabowo saat Deklarasi
Setelah isu "Jendral Kardus" yang ditujukan pada Pak Prabowo oleh Andi Arif (wakil sekjen P demokrat). Simbah tidak akan membahas lebih banyak terkait istilah "Jendral Kardus", entahlah sepertinya istilah tersebut rasanya kok tidak etis, kurang santun. Cukup dibahas oleh Pak Andi Arif saja.
Dugaan Demokrat menarik diri semakin menguat. Padahal, pada tanggal 30 Juli 2018, Pak SBY mendukung penuh pak Prabowo sebagai capres dan pak SBY tidak menuntut nama Cawapres, dan semua itu untuk kepentingan rakyat Indonesia. Tetapi faktanya, tampak Pak Prabowo cukup alot membangun komunikasi politik dengan Pak SBY. Yang pada akhirnya, tak nampak elit partai demokrat saat Pak Prabowo mengumumkan nama cawapres.
Terlebih, dalam sambutan sebelum menyebut nama Sandiaga Uno sebagai cawapres, Pak Prabowo berkata bahwa "pimpinan dari 3 partai politik, yaitu partai keadilan sejahtera, partai amanat nasional, dan partai gerakan indonesia raya telah memberi kepercayaan kepada saya...." Lah partai demokrat teng pundi nggih??? Yak, apakah Partai Demokrat tidak jadi masuk dalam koalisi yang mendukung capres Prabowo?.Â
Pun begitu dengan Koalisi Indonesia Kerja yang mendukung Capres Jokowi, tak ada partai demokrat dalam barisan. Sepertinya, partai demokrat akan menjomblo, fokus untuk pemilihan legislatif. Mungkin ini jalan terbaik.
Namun, sepertinya Partai Demokrat tidak betah lama-lama menjomblo, cukup dalam hitungan jam. Jumat siang (10/8/2018), akhirnya Pak SBY menandatangani surat dukungan resmi untuk capres Prabowo dan Cawapres Sandiaga Uno. Betapa rumitnya dukungan Partai Demokrat untuk Pak Prabowo dan Sandiaga Uno. Sikap tarik ulur Partai Demokrat untuk Pak Prabowo ini menarik untuk ditelusuri lebih dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H