"Coy, kowe toooo!"
Gelas di meja, karuan berpelukan. Adalah dia yang hilang datang dengan sendirinya. Adalah rahasia alam mengungkap kejujurannya. Menerangkan kekuasaannya, mengumbar bahagianya.
"Piye cuk kabare?"
"Horas Coy!" Aku balas mendekap.
"Anak pantai ketemu ombak, klop deh." Si Bapak tersenyum.
Yaaa, anak pantai ketemu ombak. Gelombang menerjang, itulah mutiaranya. Makin garang dan makin dalam makin hanyut ke dalam hati.
Yaaa, seperti ranting dengan daun. Daun butuh ranting menggantung diri, ranting butuh daun-daun untuk berteduh.
Kami bicara banyak, menuntaskan dua tahun terpisah daratan yang menyapu sama rata. Dua tahun kiranya dalam ingatan saja, kelupaan dalam pandangan, namun tak lepas dari mata. Selama itu asamnya gunung melunturkan asinnya lautan. Dalam kabut menimba menutup pandangan untuk berselancar di ombak.
Nana bagaimana punya kabar, pula si barat and si timur pernah jadi gacoan bareng, apakah makin montok? Pula si gendut Dewi berbaju merah yang membuat ketawa adalah yang tak pernah terlupakan.
Bayangkan duku iseng jelang malam di "Pasar Kembang" godain lonte-lonte dan banci, lalu tancap gas pengalaman sebelum akhirnya dipertemukan kembali sekarang. Luar biasa, sama gilanya. Sebelum pagi patungan ke caf gak pesan apa-apa karena memang kosong glondangan...pede tenan!
Soal kuliah? Jangan heran.