Maka dari itu, saat subuh berkumandang ambil langkah seribu. Biarpun matahari belum Nampak, mulailah menapaki setapak berbatu dengan mata hati.
Sekali lagi tinggalkan Papa, Papa sudah tahu jalan pulang. Hanya saja sebagai pembeda, Papa tidak akan pernah tahu lagi masihkah pintu itu dapat dibuka. Masih kah dapat dibuka setelah kunci pernah terpatahkan. Hanya Dia yang Maha tahu dengan rencana indahNya...
"Papa menangis!"
Tidak...Papa tidak menangis My Son. Papa tidak pernah sakit, maka Papa tidaklah menangis. Papa hanya ingin sekedar menyaksikan...sekedar memastikan kau telah memulai langkah dan meninggalkan kabut ijen. Karena impianmu ada di "JAKARTA" DAN "JEMPUTLAH"... sedangkan sekali lagi rumah Papa adalah di sini...menunggu datangnya Pagi.
"PERGILAH (SEKARANG DAN UNTUK SELAMANYA)"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H