Dalam medan perang, aku sombongkan medan perang adalah menjadi pelayanku. Suara lesatan anak panah adalah terduga, dan kemenangan yang ada dapati.
Aku hanya membakar diri, dalam api memanggil seolah menantang. Bekunya es menaikkan malamku untuk bergelut tanpa selimut hati. Untuk mengikuti arah angin, aku sekedar bercermin ufuk kemenangan belaka.
Mengapa berdusta hanya untuk cinta? Tiada yang tersisa di jiwa. Lawasnya dunia kembali menarik diriku keterpaan air laut. Memahami waktu kapan air laut pasang, kapan pula air laut surut.
Aku berusaha berprasangka ke arah mana angin laut berhembus. Serta, ke mana angin darat mendaratkan kenangan. Disaat itulah pasangan cinta hakikatnya menghidupkan waktu Bersama, bukan sekedar menghabiskan waktu Bersama.
Dan aku akan kembali Bersama letak alasan gelombang samudera pasang. Aku akan duduk tepat di atas batu karang untuk membasuh langit jiwa. Memasang telinga diharibaan. Sedikit menyalakan lilin seredup redupnya menghidupkan cahaya menetapkan penerangan fana disapu sapuan angin dan lesatan titik ombak. "Menghidupkan hidup dalam perjuangan satu langkah Bersama memaknai cinta".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H