Kubayangkan dan kurasakan angin bertiup di sisiku. Matahari dan bukan beredar menurut perhitungan. Tetumbuhan dan pepohonan menundukkan ranting dan daunnya. Cerita siang pula malam dipermulaan waktu.
Aku berlari menyongsong ombak. Kulepas alas kaki di jalanan beraspal. Aku tanggalkan topiku, kubuang jauh-jauh kacamata hitam selama ini sebagai celah sembunyi melirik mata dari kenaifan.
Di sini, di atas karang aku berteriak lantang. Apa yang aku cari telah aku temukan. Tempat terakhir, tempat yang hampir terlewatkan karena panas dan gemerlapnya Jakarta. Tangan putih itu terbentang diantara langit yang telah ditinggikan dan bumi yang telah dibentangkan.
Mendongak ke langit, mengangkat tangan pagi yang indah sekali. Berteriak melepas isi kepala, membawa hati bernyanyi. Lelah, aku rebahkan di tanahmu biarkan ombak mengubur bersama pasir pantai nanlembut.
"Aku akan mengambil waktuku, niscaya aku akan menerima waktumu"
Aku tidak akan pernah takut menyelam ke laut luas, tetapi aku akan berkata takut jika harus menyelam ke laut ganas. Terima kasih telah memberi jawaban untuk melepaskan. Bawalah yang kalian butuhkan, bersiaplah untuk ke sana. Ketahuilah jangan anggap kematian adalah abadi. Katakanlah kematian adalah kehidupan lain yang sangat didambakan. Dan kematian sendiri hanyalah perpindahakan dari satu rumah ke rumah yang lain. Semoga itu yang aku rasakan.
"Kata-kata terakhirku adalah Assalamu Alaikum Wr. Wb."
Ikuti saja, biarkan sayapku memelukmu. Tersenyumlah dan katakan "hai" selalu untuk selamanya.
T.T.K (Taman Bunga Selecta Batu)
"Aku tahu sesungguhnya bilamana doaku dijawab, yaitu bilamana aku telah menerima segala ketetapanNya (Allah) dengan Ridho"
Aku duduk jongkok di depan pintu. Kukencangkan sepasang tali sepatu. Sisi sebelah kanan, selanjutnya kiri. Sepasang sudah. Sejurus kemudian beranjak berdiri dan melangkah. Semakin cepat, semakin lebih baik. Bayang-bayang berhembus izin menyapa. Mencoba menyapa semilir kehadiranku. Dan ketika kutanya, dijawab dengan jawaban aku harus tetapkan tujuan.