Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Obrolan Bapak dan Anak (Membayangkan Pandangan)

26 Mei 2023   18:00 Diperbarui: 26 Mei 2023   17:58 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nur akhiri pengembaraan hanya menggeleng, artikan masih belum paham. Lalu Bapak Nur meminta sekali lagi pandangi sepenuh hati. Hindari pandangan yang belang-belang dan separuh hati, kau takkan temukan apa termasuk debu berdansa sekalipun.

Lihat...speed boat itu? Tampak kecil jawab Nur. Berapa banyak terlihat di dalamnya? Tak tahu jawab Nur. Lantas selanjutnya dan selanjutnya seberapa banyak ombak telah menggelung pasir pantai, jawabnya juga tak tahu.

Masih ada lagi, seberapa cepat atau seberapa lambat nanti suatu saat akan kenali jawabnya. Mungkin saat ini belum kenal, pada saatnya nanti akan sangat-sangat memahami dan mampu mengadopsinya dalam hidup dan kehidupan, hanya waktu yang akan memberi jawabnya.

"Masih ingin di sini?"

Yaaa...Nur menjawab. Diajaknya duduk di bawah pohon nyiur. Di sana, di sana yang ada bangkunya sehingga kita bisa bersandar dan menikmati belaian nyiur yang sesaat saja akan menjemput dalam kesendirian. Dan disaat itu sebetulnya kita tak sendiri, di situ ada banyak hal yang tak dimengerti dan bisa dimengerti.

Duduk di samping, arahkan pandangan dengan mencoba pusatkan segenap daya pikiran. Ambil dan jemput dan bila ditemui, berati kita baru bisa melihatnya. Sekedar melihat tak lebih dari untuk mengerti.

Kita...kata si Bapak Nur, tak usah dan tak pedulikan orang-orang memandang dibalik kacamatanya. Mereka tak tahu apa yang kita pedulikan, begitu pula sebaliknya mereka tak pedulli dengan urusan kita. Untuk sementara tinggalkan mereka, kita kejar apa yang terjadi dan saling mengejar menghempaskan barang mereka yang kalah dalam persaingan.

"Kau lihat buih itu, Nur?"

Buih itu ada yang mencapai dinding-dinding pohon nyiur, ada pula yang tidak sama sekali. Ada pula diantaranya menghantam batu dan bebatuan sebelum sampai ke bibir pantai. Ada pula yang terhempas sebelum mengenal pantai, ada pula yang terkenang menempuh dalamnya dinding hati.

"Apa yang dapat kau simak, Nur?"

Tak ada...tak ada, sebaliknya Bapak Nur bilang bukannya tak ada, tetapi sebuah gerai belum terbuka. Belum bisa menyibaknya, lain hati mungkin dilain kesempatan juga waktu akan hadir di lain hati pula. Jadikanlah daftar pencarianmu di kelak kemudian hari bila kau telah berangkat dati tempat duduk. Memulai dari merengkuh, lepaskan selimut dingin dan mulailah berlari-lari dan istirahat dengan nyaman tanpa pernah terasa capek dan lelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun