Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

TTK (Pelabuhan Ratu-Perjalanan Senja)

14 Mei 2023   18:00 Diperbarui: 14 Mei 2023   18:03 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas Sukabumi aku lebih prepare dengan jalur utama. Ada alternatif lewat Cikidang, tapi tidak aku tempuh. Teduhku di sini, menemani, bercerita duduk bersama tanpa mempertanyakan banyak hal. Cukup sudah melihat ilusi tembus cahaya. Aku dan langkahku menggenggam erat tangan putih untuk menuntaskan pencarianku dengan disaksikan pengantin tanah timur dan pengantin tanah barat.

Api tanpa asap, cukup sudah! Cukup kebohongan membeli mimpi. Dari sudut mata tersorot aku coba ingat semua. Sesak di sini tersulut sudut dunia. Mimpi terbangun hanya untuk sementara, hati menawarkan suasana tanpa batas rindu.

Tiba juga aku di Pelabuhan Ratu. Perjalanan panjang begitu melelahkan. Dan aku yakinkan diri, aku tak akan pernah berhenti. Semua tempat telah aku jelajahi, semua orang telah aku tanyakan demi mencari keberadaanmu berada. Dan tinggal tempat ini yang belum aku jelajahi, untuk menjelaskan tentang harapan, tentang keinginan dan tentang beda dengan dorongan nafsu. Atau hempasan kabut malam terhempas apa itu kepastian cinta atau sesuatu yang membuatmu cemburu. Dan aku yakin di tempatnya.

Pantai Citepus, di Jl.Raya  Pelabuhan Ratu-Cisolok Sukabumi. The Legend "Samudera Beach Hotel", sejenak aku berhenti sekedar menghilangkan gambaran lalu.

Ombak berkejaran menghempas, bercumbu berbisik dengan pasir. Langit berpelangi jingga hingga ungu sesaat angin menerbangkan air berpadu dengan awan. Di sini bisikan kecil tapi lugas seolah mendengar namamu memanggil, seketika sukmaku melambung. Benar adanya mengusir sepi menggubah dunia....senyummu.

Teringat kata seorang teman "Nikmati hidupmu dengan menghadirkan diri sendiri". Senyum sepertinya bisa pasrahkan keinginan hidup alami. Sekali lagi pohon kelapa di hadapanku bergerak karena angin cukup menunjukkan eksistensinya dengan gerak suara tanpa wujud (seperti hadirmu saat ini).

Kepada hati ini, senyummu lebih terasa teduh. Kerasnya batu karang mampu aku sentuh, betapa diriku tak berdaya melawan kelembutan. Aku adalah burung kecil dimana ragaku adalah sangkar, dan sekarang aku telah terbang meninggalkan sangkarku. Kepada hati bawalah aku dimanapun kau akan berada nanti.

Antara rindu, di jejeran utara aku melihat barisan bukit seperti bayangan. Garis pantai pantai panjang tidak memilih kepada siapa menilai. Tak menyapa, tapi menjaga hati bersih tanpa tersakiti. Hujan turunlah, karena mendengar namamu adalah kepastian.

Menerawangkan pikiran sudah tidak pada tempatnya lagi. Langkah setapak pasir pantai kian dekat dengan waktu. Seruling sunda "Si Kabayan" soneta ke arifan lokal pendengar diantara gelombang tinggi menggerus kecongkakan.

Kubayangkan dan kurasakan angin bertiup di sisiku. Matahari dan bukan beredar menurut perhitungan. Tetumbuhan dan pepohonan menundukkan ranting dan daunnya. Cerita siang pula malam dipermulaan waktu.

Aku berlari menyongsong ombak. Kulepas alas kaki di jalanan beraspal. Aku tanggalkan topiku, kubuang jauh-jauh kacamata hitam selama ini sebagai celah sembunyi melirik mata dari kenaifan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun