Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jogja, Antara Aku, Kamu, dan Cinta

4 Mei 2023   18:00 Diperbarui: 4 Mei 2023   17:59 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

JOGJA, ANTARA AKU, KAMU, DAN CINTA 

(JOGJA AWAL) MBAH HAR - WAHYU

"Persiapan...persiapan...Jogja terakhir...Jogja terakhir!"

(Jogja...I am coming)

Pepatah lama bilang, tak kenal maka tak sayang. Perkenalkan namaku Swa Satria Buwana. Kenapa namaku Swa Satria Buwana? Tanya aja sendiri sama Bapakku. Yang jelas dari namamu sudah bisa ditebak aku adalah seorang laki-laki. Aku laki-laki kecil, datang dari kota kecil pula. Tebak aja dan perkiraakan saja sendiri.

Terang-terang saja aku baru lulus SMA dan hendak melanjutkan kuliah di kota pelajar ini, kota dengan segudang kampusnya, kota yang terkenal dengan wisatanya dan tentu saja dengan kota budayanya. Tujuanku sederhana, tidak muluk-muluk..lulus dan lolos atau setidaknya lulus dan lulus. Simple.

Ini kali pertama aku menginjakkan kaki di sini sendiri dan seorang diri. Is oke, bukan persoalan. Sing penting yakin, dan aku yakin orang-orang jogja sesuai yang pernah aku temui dan aku dengar. Aku bertanya pasti dijawab, aku minta tolong seharusnya ditolong..itu dalilku yang menegaskan harus. Sudahlah...tenang aja ada Pak Polisi atau petugas semacamnya yang bisa menolongku jika aku tersesat. Miniman GPS dan sak keturunannya dari Mbak Google boleh juga.

Sudahlah...aku denger dari pendaki yang singgah digubugku..."Gubug Cinta" Bapakku memberi nama, jogja panas. Kotanya Panas. Mereka juga bilang, jangan pernah bilang telah datang mengunjungi Jogja, jangan pernah bilang telah menjunjung langit Jogja, jangan pernah berkata telah memijak bumi Jogja jika belum selfie di Marlboro dan Tugu. Bikin aku ketawa kecil aja...Jogja Pancen Istimewa.

"Janti Terakhir...!"

Pak Kondektur lagi...dari tadi bilang terakhir. Setiap kota yang dilalui selalui terakhir. Ngawi terakhir, Sragen terakhir, Solo Terakhir dan seterusnya Klaten warung pelem terakhir. Suka-sukalah. Yang jelas ada satu kota selain Jogja yang menarik hatiku, begitu di sebut Pak Kondektur tidurku terbangunkan. Solo, dan Terminal Tirtonadi.

Solo dan Tirtonadi...ada hawa mistik ketika bus berbelok memasuki pelataran parkir. Tentang kota Solo Hadiningrat sering aku dengar dari Bapakku ketika lagi ngopi bareng. Raut wajahku Bapak yang datar tiba-tiba bisa berubah jika ada yang menyebut kota Solo, apa saja pokoknya kata-kata Solo, apapun kalimatnya yang penting "Solo". Itu yang akan kucari nanti di kemudian hari. Ada rahasia apa tentang Solo dan Bapakku.

Tapi sayang Bus yang aku naiki hanya transit sebentar. Sebentar sudah tancap gas lagi, karena memang tujuan akhirnya Jogja. Bergegas seolah tak mau waktunya terlambat. Aku kira bukan soal setoran, atau bisa jadi mengejar waktu istirahat, tapi lebih tentang komitment dan tanggung jawab. Selebihnya seperti Bapakku sering bilang, Takdir yang akan bicara melalui kebijaksanaan waktunya. Di sini Takdir yang paling berkuasa.

"Wow" Aku duduk di Kursi Kanan, 3 set tempat duduk, dekat kaca supaya bisa menghitung kecepatan bus melewati tiap tikungan. Sejenak aku tengok ke kiri, ternyata ada mata yang mempesona. Kapan dia naik dan duduk di sebelahku? Apa juga ini yang sering disebutkan brow brow pendaki itu. Tentu satu diantaranya, diantara yang berjuta.

Satu kalimat aku tulis di atas pipikku, mbaknya cantik. Putih bersih. Wangi lagi, beda sama aku memang belum mandi dari kemarin sore. Kepagian aku sampai di Kota Jogja setelah menempuh waktu. Jk aku boleh bercanda, aku akan bilang "Aku siap puasa untukmu, asal kau tersenyum!"

Menghayal halu aku. Tak lirik aja tok. Toh sebentar juga berpisah menuju tujuan masing-masing. Cukup. Aku hanya akan bilang bodoh, jika Si mbak Cantik tidak melirik balik ke aku. Mungkin Mbaknya sedang sakit mata, aku tidak sombong lho.

"Jogja antara aku, kamu dan Cinta" kata Bapakku. Nanti aku akan temukan jawabannya. Aku menginjakkan kaki aja belum, kaki masih di atas kuda besi. "Jogja dan kehangatan angkringan akan  aku tulis di diare hingga aku pulang menjemputmu dengan kereta kencana kubawa pulang ke istana cinta...Aamiin!!!"

WAIT NEXT CHAPTER....COMING SOON!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun