Periode Angkor dimulai tidak lama setelah tahun 800 M, ketika raja Khmer Jayawarman II mengumumkan kemerdekaan Kambujadesa (Kamboja) dari Jawa dan membangun ibu kota baru di Hariharalaya (kini Roluos) pada ujung utara danau Tonle Sap. Dengan melancarkan ekspedisi militer, persekutuan, perkawinan dan penganugerahan lahan, ia berhasil mempersatukan negara yang berbatasan dengan China (di utara), Champa (kini Vietnam tengah, di timur), lautan (di selatan) dan kawasan yang disebutkan berdasarkan prasasti sebagai "tanah kapulaga dan mangga" (di barat). Pada tahun 802, Jayavarman menyatakan status barunya sebagai "penguasa jagat" (chakrawartin), kemudian mengkaitkan dirinya dengan pemujaan terhadap Shiwa yang ditiru oleh raja-raja penerusnya, dengan mengambil gelar "dewaraja".[5] Sebelum era Jayavarman, Kamboja terdiri atas beberapa kerajaan merdeka yang secara kesatuan disebut oleh bangsa China dengan sebutan negara Funan dan Chenla.
Kerajaan Khmer mendiami wilayah yang sekarang menjadi negara Kamboja dan Thailand.
Kerajaan Kedah
Kerajaan Kedah (630-1136) didirikan oleh Maharaja Derbar Raja dari Gemeron sekitar 630 Masehi dan dinasti Hindu berakhir ketika Phra Ong Mahawangsa berpindah ke Islam. Menurut tradisi, pendirian Kerajaan Kedah (atau Kadaram) terjadi sekitar tahun 630 M, menggantikan kerajaan kuno Langkasuka. Dikatakan didirikan oleh Durbaraja I, seorang penganut Hindu yang berasal dari Gemeron di Persia. Dinasti Hindu berakhir ketika raja kesembilan, Durbaraja II, diberi gelar "Phra Ong Mahawangsa" oleh orang Siam, baralih menjadi penganut Islam pada tahun 1136.Â
Kerajaan Gangga Negara
Kerajaan Gangga Negara meliputi Beruas dan Dinding/ Manjong . Terdapat artefak arca-arca Buddha abad ke-5 dan ke-6 Masehi di Beruas menunjukkan adanya Kerajaan Gangga Negara ini. Kerajaan Gangga Negara berpusat di Beruas. Pendiri Kerajaan Gangga Negara ialah Raja Ganjil Sarjuna dari Kedah. Pendapat lain mengatakan Kerajaan Gangga Negara dibuka oleh Raja Khmer dari Kamboja.
Penutup
Ada 4 kerajaan lain yang berada di wilayah sekitar Sriwijaya dan atau Mataram Kuno yang berhasil dideteksi oleh para pakar sejarah. Kemungkinan besar masih ada kerajaan-kerajaan lain yang tidak tercatat sebab tidak memiliki peninggalan prasasti. Kerajaan-kerajaan itulah yang kemungkinan besar menjadi user langsung ketika Borobudur menjadi pusat peradaban dan juga pusat musik dunia.