Kita lanjut dengan kalimat berikutnya " "Jadi jangan khawatir, bila bapak ibu menemukan kecurangan. Di situ maupun di kenyataan, inilah yang disebut robot tidak ikhlas. Saya tidak ikhlas pak Prabowo Sandi dicuri suaranya."
Dari kalimat di atas, yang bisa menemukan kecurangan bukanlah si robot akan tetapi manusia. Jika pendukung prabowo menemukan kecurangan pada situng KPU maka si robot bisa menyediakan gambar pendukung.
Sebenarnya teknologi sebagai sebuah alat bersifat netral. Tidak mendukung siapapun, baik Prabowo maupun Jokowi. Jika tujuan pembuatan teknologi ini adalah untuk memantau kecurangan (baca kesalahan input) yang dilakukan oleh operator situng KPU makan robot ini sangat berguna. Akan tetapi jika tujuan pembuatan robot ini adalah untuk memenangkan prabowo-sandi, maka ini adalah teknologi yang sia-sia.
Ada beberapa alasan untuk pendapat di atas:
Pertama, mengacu pada kalimat yang diucapkan Mas Anas, robot itu hanya memotret menit demi menit layar situng KPU, bukan langsung mendeteksi jika ada kecurangan. Artinya untuk menemukan kecurangan, operator robot harus melihat gambar yang dihasilkan robot satu demi satu. Padahal jumlah gambar yang dihasilkan akan sangat banyak.
Beda dengan sistem notifikasi. Misalnya jika ada input angka yang tidak sesuai dengan form C1 maka muncul notifikasi kecurangan. Atau jika hasil perolehan paslon 01 dan paslon 02 tidak sesuai dengan jumlah akhir, maka robot akan langsung mendeteksi dan menghitungnya. Itu baru disebut robot pendeteksi kecurangan.
Kedua, robot buatan Mas Anas akan memiliki fungsi jika KPU melakukan kecurangan. Pertanyaannya, apakah sampai saat ini KPU memang melakukan kecurangan pada situng KPU? Sampai saat ini paslon 02 selalu menuduh hal tersebut akan tetapi belum bisa membuktikan.
Yang terjadi adalah salah input angka. Itu berbeda dengan kecurangan. Salah input angka terjadi karena faktor kelalaian operator selaku manusia. Dan itu terjadi untuk perolehan suara paslon 01 maupun paslon 02. KPU juga segera memperbaiki jika ada yang mendeteksi dan melaporkannya.
Ketiga, hasil akhir keputusan KPU bukan didapat dari situng KPU melainkan dari sidang pleno KPU yang dilakukan secara berjenjang. Mulai dari perhitungan di tingkat KPPS, PPK, Kabupaten, Propinsi hingga nasional. Rekapitulasi perhitungan suara yang dilakukan secara berjenjang tersebut dilakukan secara terbuka dengan dihadiri saksi dari seluruh paslon.
Situng KPU juga merupakan bagian dari upaya KPU melakukan transparasi dalam rekapitulasi perhitungan suara.
Kembali ke judul, jika dilihat dari sudut pandang ilmu pengetahun, robot pemantau situng KPU ini merupakan hal yang sangat bermanfaat. Perlu kita apresiasi sebagai karya anak bangsa. Akan tetapi jika dilihat dari tujuannya untuk memenangkan paslon Prabowo Sandi, nampaknya robot tidak ikhlas ini akan sia-sia.