Mohon tunggu...
Khoirudin
Khoirudin Mohon Tunggu... Penjahit - Orang biasa

Hanya orang biasa, tidak lebih dan tidak kurang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jika Kasus Si Romlah Terjadi di Indonesia, Bukan di Jepang

9 Oktober 2017   10:15 Diperbarui: 9 Oktober 2017   22:51 2934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau si Romlah diantar pacarnya bagaimana? Ya suruh pacarnya membuat stempel, beli kuitansi di toko. Oret-oret sebentar, stempel jeglok. Beres dech. Yang penting LPJ beres.

Lalu dananya dari mana? Dari Kementerian Pendidikan apa dari Kementrian Perhubungan? Wah kalau ini belum tak pikirkan. Nanti coba pak menteri biar rembugan sama DPR. Kalau deadlock, kembali ke opsi pertama, peduli setan.

  • Belikan sepeda motor

Ini pilihan ketiga. Pilihan yang istilah penulis buku adalah beli putus. Jadi penerbit langsung membayar di muka ke penulis buku. Mau laku, mau ndak laku, mau best seller, penulis hanya dapat satu kali royalti di muka, selebihnya urusan penerbit. Jane iki ngomong omo to?

Kembali ke laptop. Kalau dibelikan sepeda motor, akan menimbulkan banyak masalah. Pertama, belum pernah ada sejarahnya, negara membelikan motor untuk siswa sekolah. Kalau sampai ini terjadi, DPR perlu membentuk angket pansus PT KAI. Kedua, si Romlah belum punya SIM. Jangankan SIM, KTP saja belum punya. Kok KTP, akta kelahiran saja mungkin belum punya, lawong ngurusnya ruwet banget. Pake dikorupsi lagi. Ketiga, motornya atas nama siapa? Romlah? Orang tuanya? Atas nama negara? Kalau atas nama negara, jadinya motor plat merah dong. Padahal PNS saja belum tentu dapat fasilitas motor. Ah ruwet pokoknya.

Kalau dibelikan sepeda ontel? Nah ini baru ide brilian. Di samping harganya murah, negara membelikan sepeda itu sedang booming. Raisa saja diberi sepeda, apalagi si Romlah, betul ndak?

Lo, jarak rumah ke sekolahnya kan jauh. Puluhan kilo. Masa mau disuruh naik sepeda ontel. Bisa gempor kaki si Romlah. Peduli setan, yang penting sepeda sudah dibelikan, urusan lain pikir sendiri. Yang penting, jangan lupa, LPJ-nya dibuat.

Nah betul kan? Masih pintar kita dibanding Jepang. Orang-orang Jepang yang katanya pintar-pintar itu ndak sampai kepikiran seperti kita. Mereka maunya yang penting semua rakyatnya sekolah. Urusan birokrasi, urusan dana, mana bisa mereka mikir.

3 alternatif itu yang akan saya ajukan ke DPR untuk mengatasi masalah si Romlah. Biar dibahas dan dibuatkan pansus. Kalau masih mentok juga, langsung saja kembali ke alternatif pertama. Peduli setan.

Sumber gambar: citylab.com
Sumber gambar: citylab.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun