Aku Merindukan Nada Itu Aku merindukan nada itu Nada sumbang dari mulut kalian Kini hilang ditelan kenyamanan Dimana kau kawan-kawanku? Suara lantang dengan peci hijau hitam kebesaran Tak terdengar dan tak terlihat saat aku membutuhkan Kau mengaku penerus cendikiawan Tapi tuli dari jeritan Dimana suaramu kawan-kawanku? Aku merindukan nada itu Nada sumbang yang kau teriakkan Kini bungkam tak kedengaran Dimana kau sahabat-sahabatiku? Tangan yang dulu mengepal dan maju kemuka Masihkah tetap mengepal atau sudah terbuka Menutup muka atau mencari muka Hingga menutup mata dari fakta dan realita Dimana suara pergerakanmu sahabat-sahabatiku? Aku merindukan nada itu Nada sumbang yang kau pekikkan Kini enyah tak karuan Dimana kau rekan-rekanitaku? Masihkah sibuk dengan kajian sunni syi'ah Atau terlalu asyik dengan amalan-amalan bid'ah Hingga tak sadar betapa merosotnya nilai rupiah Dimana kau rekan-rekanitaku? Aku merindukan nada itu Nada sumbang yang kau jihadkan Kini lenyap tenggelam dalam kesibukan Dimana kau akhi-ukhti? Masihkah kau berjihad untuk NKRI atau untuk ideologi tersembunyi yang tak diketahui Atau terlampau hamasa untuk memperpandai diri Hingga lupa kemana arah angin menerjang negeri ini Dimana kau akhi-ukhti? Aku merindukan nada itu Nada sumbang yang kau perjuangkan di sepanjang jalan Demi tegaknya kebenaran dan keadilan Serta perwujudanmu sebagai agen perubahan Kini tak lagi aku dengarkan Dimana kau mahasiswaku? Mungkin kau lagi diskusi dan presentasi mencari prestasi menyelesaikan skripsi Hingga aku tak mendengar nada sumbangmu seperti tempo hari Yang begitu lantang menantang mati Kini tidak aku temui Atau mungkin aku yang tuli Kediri, 18 Maret 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H