Mohon tunggu...
Abdhol Aziz
Abdhol Aziz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Educator

mencintai yang dicintai untuk mengharap cintaNya,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku Merindukan Nada Itu

23 Agustus 2015   11:00 Diperbarui: 23 Agustus 2015   11:00 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku Merindukan Nada Itu Aku merindukan nada itu Nada sumbang dari mulut kalian Kini hilang ditelan kenyamanan Dimana kau kawan-kawanku? Suara lantang dengan peci hijau hitam kebesaran Tak terdengar dan tak terlihat saat aku membutuhkan Kau mengaku penerus cendikiawan Tapi tuli dari jeritan Dimana suaramu kawan-kawanku? Aku merindukan nada itu Nada sumbang yang kau teriakkan Kini bungkam tak kedengaran Dimana kau sahabat-sahabatiku? Tangan yang dulu mengepal dan maju kemuka Masihkah tetap mengepal atau sudah terbuka Menutup muka atau mencari muka Hingga menutup mata dari fakta dan realita Dimana suara pergerakanmu sahabat-sahabatiku? Aku merindukan nada itu Nada sumbang yang kau pekikkan Kini enyah tak karuan Dimana kau rekan-rekanitaku? Masihkah sibuk dengan kajian sunni syi'ah Atau terlalu asyik dengan amalan-amalan bid'ah Hingga tak sadar betapa merosotnya nilai rupiah Dimana kau rekan-rekanitaku? Aku merindukan nada itu Nada sumbang yang kau jihadkan Kini lenyap tenggelam dalam kesibukan Dimana kau akhi-ukhti? Masihkah kau berjihad untuk NKRI atau untuk ideologi tersembunyi yang tak diketahui Atau terlampau hamasa untuk memperpandai diri Hingga lupa kemana arah angin menerjang negeri ini Dimana kau akhi-ukhti? Aku merindukan nada itu Nada sumbang yang kau perjuangkan di sepanjang jalan Demi tegaknya kebenaran dan keadilan Serta perwujudanmu sebagai agen perubahan Kini tak lagi aku dengarkan Dimana kau mahasiswaku? Mungkin kau lagi diskusi dan presentasi mencari prestasi menyelesaikan skripsi Hingga aku tak mendengar nada sumbangmu seperti tempo hari Yang begitu lantang menantang mati Kini tidak aku temui Atau mungkin aku yang tuli Kediri, 18 Maret 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun