"Lalu," ketiknya, "saat aku merasa puas, dan memutuskan untuk pulang, bencana datang. Papi dan suamiku muncul dan marah-marah, hingga kuputuskan untuk membuka penyamaranku. Kubuka cadarku, lalu hampiri mereka. Suamiku kalap, menamparku, dan langsung menceraikanku saat itu juga."
Aku ternganga.
Gerimis berubah jadi hujan. Butiran air menampar apa saja dibawah.
"Bagaimana bisa mereka menebakmu ada di sana? Aku sekalipun tak pernah sebut tujuanmu."
"Gara-gara YMmu, ketika kau sebutkan namamu, saudara kembarku langsung teringat dia."
"Kok bisa?"
"Namamu dan namanya sama. Sam."
Hujan turun melebat, sungai meluap, mencipta banjir, menyapu segala, tapi tak mampu menyapu namamu.
Dua musim gerimis berlalu, aku bergeming menunggu inboxmu.
                  =====
Surabaya, 251016
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H