Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi Purwalodra
Mbah Dharmodumadi Purwalodra Mohon Tunggu... Dosen - Mati sa'jroning urip iku kudu dilakoni, kanggo ngunduh kamulyan.

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar dari Dinasti Abassiyah: Antara Kekuasaan dan Kerapuhan?!

24 Oktober 2024   23:18 Diperbarui: 24 Oktober 2024   23:18 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Gen_AI.

Oleh. Wira Dharmadumadi Purwalodra

Kekuasaan adalah salah satu tema sentral dalam filsafat politik, terutama dalam memahami bagaimana kekuasaan dapat diterapkan dengan bijaksana dan bagaimana ia memiliki dualitas yang mengundang kekukuhan sekaligus kerapuhan. Di sepanjang sejarah, banyak filsuf, terutama dari tradisi Islam seperti Al-Farabi dan Ibn Khaldun, yang mengeksplorasi gagasan ini dengan tujuan menjelaskan sifat kekuasaan yang sesungguhnya. Dalam konteks ini, menarik untuk mengulas bagaimana kekuasaan dipraktikkan dalam Dinasti Abbasiyah dan merefleksikannya pada kondisi kepemimpinan di Indonesia saat ini.

Dinasti Abbasiyah dikenal sebagai masa ketika peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya dalam ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kekuasaan. Banyak khalifah kala itu menerapkan prinsip-prinsip kesederhanaan dan kebijaksanaan dalam memimpin. Al-Farabi, salah satu filsuf Islam ternama, menekankan pentingnya seorang pemimpin yang berwawasan luas dan beretika tinggi, menggambarkan sosok pemimpin ideal sebagai 'al-mudun al-fadila', atau 'kota yang utama', yang mana pemimpinnya bertindak layaknya jiwa bagi tubuh masyarakat. Ini menunjukkan bahwa kekuasaan yang otoritatif harus senantiasa disandingkan dengan kebijaksanaan serta etika yang kuat.

Namun, dalam setiap kejayaan selalu tersembunyi ancaman kerapuhan. Ibn Khaldun, dengan teori siklus dinastinya, menekankan bahwa kejayaan yang tidak diimbangi dengan moralitas dan pemerintahan yang adil akan mengarah pada kemunduran. Pemimpin yang terlalu larut dalam kemegahan dan melupakan kesederhanaan mudah terperangkap dalam ilusi stabilitas yang rapuh. Kelemahan moral dan etika bekerja bagaikan rayap yang menggerogoti fondasi kekuasaan dari dalam.

Sekilas Perjalanan Dinasti Abassiyah

Dinasti Abbasiyah adalah salah satu dinasti besar dalam sejarah Islam, yang memerintah dari 750 M hingga 1258 M, meskipun ada cabang yang bertahan sampai 1517 di Mesir. Berikut adalah beberapa khalifah terkenal yang memerintah selama Dinasti Abbasiyah:

1.  Abu al-Abbas as-Saffah (750--754 M) - Pendiri Dinasti Abbasiyah, yang meruntuhkan Dinasti Umayyah.

2. Al-Mansur (754--775 M) - Dikenal karena mendirikan Baghdad sebagai ibu kota baru.

3.  Al-Mahdi (775--785 M) - Memperkuat kekuasaan Abbasiyah dan melanjutkan pembangunan Baghdad.

4. Harun al-Rashid (786--809 M) - Memerintah pada zaman keemasan Abbasiyah, yang dikenal dengan kemajuan budaya dan intelektual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun