Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi Purwalodra
Mbah Dharmodumadi Purwalodra Mohon Tunggu... Dosen - Mati sa'jroning urip iku kudu dilakoni, kanggo ngunduh kamulyan.

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Rasa Sakit Melilit Hidup Kita

30 September 2017   23:02 Diperbarui: 26 Oktober 2023   11:09 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa sakit tak bisa lenyap. Kita hanya bisa bisa mengubah hubungan kita dengan rasa sakit tersebut. Kita perlu memisahkan diri kita dengan rasa sakit itu sendiri, apalagi sakit hati yang tak kasat mata itu?! Hal ini bisa kita lakukan, jika kita memahami keberadaan kita sebagai manusia. Kita bukanlah tubuh fisik ini, bahkan kita bukan pikiran dan rasa sakit itu. Kita adalah makluk spiritual, yang terpisah antara pikiran (mind), tubuh fisik (body) dan jiwa (soul).Ketika kita melihat rasa sakit sebagai bagian dari pengalaman hidup manusiawi, maka rasa sakit itu tidak lagi menganggu. Ia sama netralnya, seperti pengalaman-pengalaman lain di dalam hidup kita, misalnya menggaruk kulit kepala yang gatal.

Akhirnya, kita bisa melihat rasa sakit sebagaimana adanya, ketika kita melatih pikiran kita. Karena pikiran kita ternyata bisa dilatih, bahkan bisa kita kritisi. Ketika ia disadari sebagai kosong dan sementara, maka kita lalu menyentuh dimensi yang lebih dalam dari pikiran, yakni dimensi kesadaran. Di sinilah, kita semua menjadi jelas sebagaimana adanya, tanpa diliputi atawa dililit apapun !!! Lantas, kita akan berada diatas rasa sakit itu sendiri !?? Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Bekasi, 30 September 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun