Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi Purwalodra
Mbah Dharmodumadi Purwalodra Mohon Tunggu... Dosen - Mati sa'jroning urip iku kudu dilakoni, kanggo ngunduh kamulyan.

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesempurnaan Itu, Selalu Berubah?

24 Februari 2016   08:58 Diperbarui: 17 Maret 2016   08:39 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita juga perlu mengetahui, bahwa keseimbangan hidup bukanlah keseimbangan matematis. Keseimbangan di dunia ini juga bukanlah suatu titik yang diam, seperti angka yang tak bernyawa, melainkan suatu gerak yang terus berubah, menari di dalam beragam ekstrem-ekstrem pilihan kehidupan. Keseimbangan di dalam hidup adalah keseimbangan yang terus berubah, mengikuti alur kehidupan yang juga senantiasa berubah. Ia mengalir gemulai di antara kepastian dan ketidakpastian, tanpa kehilangan sumbunya yang membuat ia teguh, sekaligus lentur.

Oleh karena itu, ketika keseimbangan ini merupakan suatu kesempurnaan, maka kesempurnaan inipun terus berubah, dari waktu ke waktu. Tidak ada kesempurnaan yang tidak bergerak. Sehingga, kesempurnaan itu merupakan titik kulminasi dari suatu keseimbangan antar kutub ekstrem, antara positip dan negatip. Di sinilah kita membutuhkan fleksibilitas, alias tidak kaku dalam memutuskan berbagai persoalan hidup.

Boleh jadi, kita sebagai manusia, memiliki sikap perfeksionist alias selalu mencari kesempurnaan dalam hal-hal tertentu, namun bersikap praktis pada hal-hal lainnya.  Hanya saja, ketika upaya mencari kesempurnaan ini dilakukan, tanpa memahami keseimbangan yang hidup di dalamnya, jelas kita akan mudah stress, depresi, dan perasaan takut yang berlebihan. Karena, selain keempurnaan itu terus berubah, juga hakekat hidup itu sendiri bukanlah proses ‘Mencari’ tapi proses untuk ‘Menemukan’ apa yang sempurna dalam diri kita sendiri ?! Wallahu A’lamu Bishshawwab.

Bekasi, 24 Februari 2016.

Oleh. Dharmodumadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun