Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi
Mbah Dharmodumadi Mohon Tunggu... Dosen - Mbah Dharmodumadi / Wira Dharmadumadi Purwalodra adalah nama pena dari Muhammad Eko Purwanto

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mana Mungkin Selimut Tetangga, Hangati Tubuhku?!

6 Desember 2015   08:19 Diperbarui: 6 Desember 2015   10:37 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepekaan terhadap panggilan cinta ini bisa tergambar dalam lirik lagu Selimut Tetangga (Repvblik) dibawah ini, yang sebagian liriknya saya jadikan sebagai tulisan ini.

Bersabarlah sayang aku akan pulang. Jangan dengarkan gosip murahan tentang aku. Berjanjilah sayang ku slalu setia. Meski ku tak selalu di sampingmu.

Tak usah kau menangis meratapi aku. Tak perlu kau berfikir ku meninggalkanmu.

Mana mungkin selimut tetangga. Hangati tubuhku dalam kedinginan. Malam malam panjang setiap tidurku. Selalu kesepian.

Selanjutnya, bahwa panggilan cinta tidaklah dapat dimengerti melulu sebagai ketertarikan fisik ataupun spiritual terhadap orang lain, baik karena kecantikan ataupun kebaikan hatinya. Jika panggilan cinta (love appeal) melulu dipahami sebagai ketertarikan fisik ataupun spiritual, maka jika kualitas yang menarik itu hilang, cinta juga akan hilang. Kualitas yang terpetakan ini mungkin bisa berfungsi sebagai sebuah kriteria. Namun, saya tidak mencintai kriteria, saya mencintai orang. Jika orang yang saya cintai meninggal, saya tidak dapat membuat daftar kriteria sifat-sifat dan karakter dari orang yang saya cintai, dan kemudian saya mencari orang yang dapat menyesuaikan diri dengan kriteria itu, serta saya mencintainya dan merasakan kebahagiaan lagi.

Pada akhirnya, panggilan cinta juga memiliki sifat kreatif, yakni memberikan kesadaran, bahwa kita tidak lagi sendiri. Cinta menciptakan “ke-kita-an”, yakni suatu “keberadaan bersama” yang dialami secara sangat berbeda dengan berbagai jenis ke-kita-an lainnya. “Ke-kita-an” yang terbentuk di dalam cinta hanya dapat diekspresikan sebagai suatu bentuk kepenuhan diri, atau apa yang disebut sebagai kebahagiaan. Jadi, dari uraian diatas, hakekat relasi antar manusia itu lebih dominan mana ya, kebencian ataukah cinta ?!. Wallahu A’lamu Bishshawwab.

Bekasi, 06 Desember 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun