Dengan cara ini, kita akan menciptakan jarak dengan segala hal yang muncul di kepala kita masing-masing. Kita tidak lagi percaya, bahwa itu semua adalah kebenaran. Hasilnya, semua emosi, pikiran dan perasaan kita tidak lagi mempengaruhi kita. Kita mengalami kebebasan yang sesungguhnya, bersama cinta sejati yang semakin terlihat nyata.
Ketika kita mampu mengamati semua bentuk emosi, perasaan dan pikiran kita yang muncul dari seluruh kejadian-kejadian, kita lalu bertanya, apa ini yang sedang mengamati? Siapa ini yang sedang mengamati kita ? Yang jelas, kita bukanlah pikiran kita. Kita juga bukanlah emosi dan perasaan kita, karena semua itu datang dan pergi, serta amat rapuh dan sementara.
Jika kita bukan pikiran, perasaan maupun emosi kita, lalu apa atau siapakah kita sebenarnya ? Siapa ini yang sedang mengamati? Kita bisa menjawab dengan jawaban-jawaban lama, seperti jiwa atau roh. Namun, jiwa dan roh adalah konsep-konsep yang merupakan hasil dari pikiran juga, maka ia juga tidak nyata, sementara dan amat rapuh.
Ternyata, dirimu telah menghuni seluruh ruang di dalam hidupku. Jika saja kesadaran ini membuatku lebih kuat menghadapi segala hal yang mungkin terjadi di dalam hidup ini, maka akan kubiarkan dirimu lebih lama lagi berada dalam relung-relung hatiku. Dan, akan selalu kukatakan bahwa, “kamu telah melampaui semua pikiran-pikiranku ?!” Wallahu A’lamu Bishshawwab.
Bekasi, 28 Juli 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H