Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi Purwalodra
Mbah Dharmodumadi Purwalodra Mohon Tunggu... Dosen - Mati sa'jroning urip iku kudu dilakoni, kanggo ngunduh kamulyan.

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menghapus Ketidak-Mungkinanku, Mencintaimu ?!

16 Juli 2015   04:28 Diperbarui: 5 Desember 2015   22:04 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku juga menyadari, bahwa dirimu adalah suatu realitas yang unik, yang tak dapat kukurung dalam harapan ataupun pikiran yang kumiliki. Dirimu adalah realitas yang nyata, yang tak dapat kuhindari dengan ilusi-ilusi harapan yang kumiliki tentangmu. Membayangkan bahwa dirimu bisa selalu sesuai dengan apa yang ku harapkan dan pikirkan adalah sebuah ilusi.

Mungkin, mudah bagiku untuk mencintai orang lain, selama orang lain itu tidak mengganggu hidupku, yang cukup jauh dariku, dan yang ada jarak untuk memisahkanku dengannya. Namun, itu bukanlah cinta. Itu hanya tawar menawar. Cinta yang sejati bisa terlihat, ketika aku bisa masuk ke dalam hidupmu tanpa jarak, tanpa rencana, dan kita bisa tetap saling mencintai.

Yang seringkali terjadi bahwa kedekatan kita seringkali menyesakkan. Perbedaan seringkali membuat kita selalu cemas, membuat rutinitas yang telah kita bangun menjadi hancur, dan harus terus kupikir ulang. Ketidakmampuan kita mengelola perbedaan secara tajam dalam hidup kita bisa membuat cinta berubah menjadi kebencian. Dalam arti ini, ternyata cinta dan kebencian hanyalah setipis benang. Bahkan cinta mengandaikan kemungkinan adanya kebencian di dalamnya. Tapi, sekarang bisa kutegaskan kembali, bahwa aku mampu menghapus Ketidak-Mungkinanku, Mencintaimu ?!

Mencintai bagiku adalah mencintai yang traumatis, yang tak terduga, dan yang mengancam kita dengan perbedaan yang ditawarkan. Cinta adalah komponen utama dalam pernikahan. Pernikahan yang mengharapkan adanya harmoni akan berujung pada kekecewaan yang mendalam. Justru di dalam pernikahan, kita perlu untuk siap pada yang tak terduga, tak tertebak, yang mengancam kita untuk mengubah segala hal yang kita pegang selama ini. Pernikahan adalah the real itu sendiri.

Di dalam pernikahan, mudah sekali untuk mencintai orang yang memberi kita kedamaian. Mudah sekali juga untuk mencintai orang yang memberikan kita kebahagiaan. Namun, realitas tidak seperti itu. Banyak pasangan berpisah, karena mereka tidak siap pada yang tak terduga, yang mungkin muncul di dalam hubungan mereka. Di dalam pernikahan, mencintai berarti mencintai “yang traumatis”.

Akhirnya, bukan cinta yang mengharapkan orang lain untuk bertindak sesuai keinginan kita, melainkan cinta yang berusaha untuk melampaui dirinya sendiri dengan mencintai orang  lain yang seolah tak dapat kucintai. Dari titik inilah, aku berani menghapus ketidak-mungkinanku, Mencintaimu ?!. Wallahu A’lamu Bishshawwab.

Bekasi, 16 Juli 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun