Awalnya disuatu pagi, laki-laki yang mencurigakan itu kutegur dengan agak emosi, 'mas, maaf ini khan bukan jalan umum !' Namun, kata-kataku dibalas dengan senyumnya yang lebar. Besoknya, ketika menjemur daleman, ia ganti menyapaku, 'maaf mbak Shofi, numpang lewat ya ?' Ehhh ... iki opo rek !!!. 'Sopo sing ngandani jenengku Shofi !' aku bergumam sendiri, semakin penasaran aja.
Hari-hari berikutnya, laki-laki yang mencurigakan itu bilang begitu padaku. Awalnya sih, aku cuma bisa mengguman, Hmmm ..., sambil gugup dan penasaran. Lama-lama kok aku bisa mengendalikan senyumku dan menempelkannya tepat di jidatnyanya yang agak lebar itu. Jadi kesimpulanku yang masih sangat sementara ini, mungkin sudah saatnya, kita saling menegur satu sama lain, yang perlu diperhatikan di dalam menegur, ini juga menurut logika warasku, perlu ada keberanian, kehendak baik, cara yang beradab, informasi yang akurat, dan sikap beradab sebagai manusia. Harapanku, dengan saling menegur, hidup bersama kita akan lebih nyaman dan membahagiakan. Dan orang-orang yang lalu-lalang di depan kontrakanku salah satunya bisa jadi jodohku. He .. he .. he ... ngarep dot com, wis suwek jeee ... ???.
Bekasi, 04 April 2015.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H