Tahun 1994, Husna Ara Parvin, perempuan asal Jangalhata di Golapganj, Sylhet, Bangladesh, menikah dengan Farid Uddin Ahmed. Beberapa tahun kemudian, keluarga kelas menengah ini, yang karena alasan 'untuk memperbaiki taraf hidup, mereka bermigrasi ke Selandia Baru.
Mereka kemudian bekerja dan tingal di Christchurch, salah satu Metropolis di Selandia Baru. Sekian tahun lalu, Farid Uddin Ahmed mengalami kelumpuhan sehingga harus menggunakan kursi roda sebagai alat bantu gerak. Walau dalam keadaan seperti itu, keduanya tidak meninggalkan ibadah, termasuk Sholat Jumat berjemaah.
Jumat pagi menjelang siang 15 Maret 2019 kemarin, Husna Ara mengajak Farid ke masjid untuk salat Jumat; ia mendorong kursi roda yang diduduki suaminya masuk ke dalam ruang Masjid. Selanjutnya, Husna masuk ke ruangan khusus untuk jemaah perempuan.
Saat ibadah Sholat Jumaat baru saja dimulai; 3 laki-laki dan 1 perempuan menembak jemaah yang sementara beribadah. Ruang Masjid penuh teriakan histories, serta korban pun berjatuhan, luka-luka, ada yang langsung tewas di tempat.
Saat itu, Husna berada di ruangan khusus wanita dan terpisah dengan tempat suaminya. Husna yang mendengar suara tembakan dan teriakan tersebut, berlari keluar dari ruangan khusus jemaah perempuan. Dengan cepat menemukan suaminya, Farid, yang tak berdaya di kursi roda; di samping kiri kanannya, korban berjatuhan
Husna dengan cepat berdiri didepan Farid, agar dirinya tidak tertembak; serta berusaha mendorong kursi roda ke tempat yang aman. Namun, beberapa butir peluru menembus tubuh Husna, ia tewas di tempat; sementara kursi roda dan suaminya meluncur ke arah lain, dan selamat. Farid berhasil dibawa ke tempat aman.
---
Di atas, adalah satu dari sekian banyak fragmen dari tragedi penembakan pada Jumat 15 Maret di dua Masjid Christchurch, Selandia Baru.
Sejumlah 49 orang tewas di tempat, serta ratusan lainnya luka-luka berat dan ringan; Hisna adalah salah satu yang tewas tersebut. Husna meninggal saat menyelamatkan suaminya. Ia tertembak ketika berusaha menyelamatkan suaminya yang berada di kursi roda.
Itulah Husna, perempuan biasa yang tabah; sudah sekian tahun menjaga serta merawat suaminya. Namun, kali ini, ia 'bukan gagal' melindungi suaminya, tapi Sang Pemilik Hidup dan Kehidupan berkehendak lain.
Di hadapan suaminya, Husna terkulai bersimbah darah; Farid, sang suami melihat semuanya. Mereka saling memandang tanpa kata, tapi berteriak histeris kesakitan, seakan ucapan selamat berpisah.