Di samping itu, seringkali, pada orang-orang dari kelompok msyarakat atau komunitas yang kurang memperhatikan kesehatan diri sendiri, misalnya di Indonesia, jika penyakitnya belum parah (sehingga tergelatak di ranjang), mereka tidak ke dokter atau minum obat. Sama halnya dengan penderita TBC, seringkali dianggap sebagai flubiasa atau penyakit ringan lainnya.
Oleh sebab itu, perlu memperhatikan beberapa gejal dan tanda, mungkin saja merupakan akibat serangan virus TBC. Gejala dan tanda-tanda tersebut antara lain,
- Batuk disertai dahak. Batuk berdahak yang terjadi dalam kurun waktu yang lama untuk kembali sembuh, umumnya lebih dari tiga minggu.
- Batuk berdarah. Ini yang paling sering terjadi, sebab sudah tersebar pada paru-paru dan menyebabkan infeksi.
- Nyeri di dada, ketika bernafas. Terjadi karena paru-paru yang sudah terinfeksi, sehingga geraknya lemah atau tidak normal pada waktu proses pernafasan
- Demam dan menggigil. Demam dan disertai menggigil, diikuti batuk yang terus-menerus.
- Nafsu makan menurun. Virus Mycobacterium Tuberculosis memicu penolakkan terhadap nafsu makan.
- Penurunan berat badan. Akibat dari menurunnya nafsu makan, penderita TBC mengalami penurunan berat badan yang drastic
- Infeksi pada bagian tulang. Terjadi karena virus Mycobacterium Tuberculosis sudah menyerang anggota tubuh lain, termasuk tulang.
- Urin keruh atau berwarna merah. Terjadi karena Mycobacterium Tuberculosis sudah menyerang ginjal
- Lelah dan lemah
- Kejang-kejang
- Keringat berlebih saat malam hari
- Muncul benjolan yang semakin membesar pada tubuh
Gaya Hidup agar Tidak Tertular TBC
Sekali lagi, saya setuju dengan pendapat banyak orang, bahwa gaya hidup (masing-masing) sehat bisa berdampak pada terjaga atau terhindar dari serangan penyakit. Dan, sebaliknya, gaya hidup tidak teratur, memudahkan seseorang tertular berbagai penyakit. Hal tersebut dengan TBC. Seseorang bisa (dengan mudah) tertular TBC, jika tidak menjaga dirinya dari hal-hal yang bisa 'menolak' penyakit tersebut. Upaya agar terhindar dari TBC, bisa dilakukan oleh siapa pun, mudah dan harus terbiasa untuk itu. Misalnya
- Vaksin BCG. Biasanya dilakukan pada masa balita. Namun, tidak salah, jika orang dewasa pun lakukan (ulang); apalagi jika ada kepastian bahwa kita pernah berdekatan (secara sengaja atau tidak) dengan penderita TB yan tidak berobat. Anak-anak serta orang dengan kondisi daya tahan tubuh lemah wajib melakukan vaksinasi Bacille Calmette-Guerin (BCG); juga unntuk mereka yang ingin bepergian ke daerah endemis yang tingkat penularannya masih tinggi.
- Sebisa mungkin, memberi saran atau masukan kepada orang (atau teman, saudara, dan lain-lain) yang dari tanda-tandanya, ia mengidap TBC, agar melakukan pengobatan.
- Jika ia (no 2, di atas), menolak dan tidak mau, maka berani menghindar atau tak berinteraksi dengannya. Ini pilihan terbaik. Seseorang penderita TB aktif dan harus menjalani pengobatan biasanya akan diisolasi selama kurang lebih 2 minggu. Kontak langsung harus dibatasi selama masa tersebut, sebab risiko penularan masih cukup tinggi.
- Terbiasa di ruang terbuka dan langsung terkena sinar Matahari. Sebab kuman penyebab TB umumnya tidak ndapat bertahan hidup di udara bebas selama satu sampai dua jam. Tapi, pada kondisi gelap, lembap, dan dingin, kuman TB dapat bertahan berhari-hari hingga berbulan-bulan. Bakteri TB bisa langsung mati jika terpapar oleh sinar matahari langsung.
- Makan makanan bergizi. TB adalah penyakit menular yang sebenarnya sangat sulit menular. Infeksi atau penularan hanya terjadi pada kondisi daya tahan tubuh yang lemah, sehingga makanan bergizi dan paparan sinar matahari akan sangat membantu mencegah penularan.
Lalu?
Pada hari ini, 24 Maret 2018, sebetulnya perlu menjadi perhatian dari segenap lapisan masyarakat dan kalangan yang peduli terhadap cara hidup dan kehidupan sehat; termasuk perhatian kepada masyarakat agar terhindar dari TBC. Sayangnya, gong dan gaung Hari TBC Sedunia tak terdengar hingga jauh ke mana-mana. Â Apa boleh buat.
Tugas kita adalah sampaikan kepada semua, agar mereka terhindar dari TBC.
Akhir kata, LIHAT Video ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H