Catatan Sejarah
Tidak diketahu dengan pasti, sejak kapan manusia menyadari tentang penyakit tuberkulosis atau TBC. Penyakit tuberculosis, selanjutnya TBC, menurut sejumlah besar pakar kedokteran, telah hadir pada manusia sejak puluhan ribu tahun lalu. TBC, awalnya terdeteksi pada fosil bison yang berumur sekitar 17.000 tahun. Â Diterangai, TBC kemudian tertransfer ke sapi, kemudian, dari sapi ke manusia. Tahun 460 SM, Hippocrates menyebut bahwa penyakit yang menyerang paru-paru sebagai penyakit yang paling luas yang ditandai dengan batuk darah dan demam, yang hampir selalu fatal.
Sampai abad 19, dunia kedokteran, belum berhasil menemukan virus atau basil penyebab TBC. Adalh Dr Robert Koch, yang abdikan diri untuk memberantas TBC. Robert Koch, yang dokter, juga seorang humanis, yang mempunyai perhatian  besar pada kesehatanan masyarakat, lingkungan, dan humaniora. Ia melihat bahwa, TBC, pada masa itu, adalah penyakit yang didap seseroang, namun dengan cepat bisa menyerang sesamanya, sehingga menjadi ancaman terhadap public. Karen itu, TBC harus dihentikan, jika tidak maka komunitas manusia akan lenyap.
Pengabdian Robert Koch terhadap pemberantas TBC tersebut, pada tanggal 24 Maret 1882, ia menermukan basil penyebab tuberculosis yaritu Mycobacterium Tuberculosis. [Note: Penemuan ini menjadikan Robert Koch menerima Penghargaan Nobel untuk bidang Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1905]. Pada perkembangan berikutnya, para ahli kedokteran dari berhasil mengembangkan vaksi BCG pada tahun 1906. Vaksin BCG atau Bacillus Calmette dan Guerin (sesuai nama para penemunya) sebagai tindak preventif agatr manusia tidak terjangkit TBC atau Anti TBC. Vaksin BCG pertama kali digunakan pada manusia pada tahun 1921 di Perancis, kemudian merata di Eropa, dan di Amerika Serikat.
Tanggal penemuan virus Mycobacterium Tuberculosis itulah yang menjadi dasar penetapan HAri TBC Sedunia atau Hari Tuberkulosis Sedunia pada setiap 24 Maret. Hari TBB Sedunia diiperingati sebagai upaya membangun kesadaran umum tentang wabahTuberkulosis serta usaha-usaha untuk mengurangi penyebaran wabah TBC.
Penderita TBC (Mungkin) Ada di Sekitar Kita
Bakteri penyebab TBC, Mycobacterium Tuberculosis, menyebar ketika penderita TB mengeluarkan dahak atau cairan liur dari mulutnya yang berisi kuman tersebut ke udara, misalnya saat batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, meludah, atau bahkan tertawa, dan kemudian dihirup oleh orang lain di sekitarnya.
Jadinya, kita atau setiap orang di antara kita, semua umur, bisa atau berpotensi tertular TBC. Apalagi, jika pada saat daya tahan tubuh lemah (misalnya sementara sakit) dan di sekitar (kita) ada penderita TBC (atau pembawa virus TBC), namun ia tak menyadari bahwa dirinya menderita TBC.
Salah satu faktor penentu seseorang bisa tertular TBC atau tidak adalah seberapa kuat sistem imun tubuhnya dan kebersihan dirinya.Â
Semakin kuat daya tahan tubuh Anda, semakin kecil kemungkinannya untuk tertular TB. Orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah cenderung lebih mudah terinfeksi. Itu sebabnya anak-anak, lansia, orang dengan HIV atau AIDS, penderita kanker, diabetes, ginjal, berisiko lebih tinggi terinfeksi TBC.