Mohon tunggu...
Mba Adhe Retno
Mba Adhe Retno Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

http://retnohartati.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersama Suami yang Mengidap TBB

7 Maret 2018   21:12 Diperbarui: 8 Maret 2018   06:52 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi (Foto Pribadi)

Kita atau anda dan saya, termasuk orang-orang sehat, tanpa cacad atau pun keterbatasan fisik tertentu? Bersyukurlah, karena masih memiliki kelengkapan anggota tubuh yang lengkap dan sehat. 

Seseorang, mungkin termasuk anda, yang memiliki tubuh, roh, jiwa yang utuh, sehat, dan sempurna, pada umumnya juga (ingin) memiliki pasangan hidupnya (suami atau isteri) yang sama; dalam arti sama-sama mempunyai tubuh, roh, dan jiwa yang sehat, termasuk sehat pendapatan, sehat dompet, sehat tabungan, dan seterusnya. Itu adalah harapan semua orang; semua laki-laki dan perempuan.  

Namun, tidak semua harapan (dan cita-cita serta keingingan) tersebut mencapai kenyataan; ada yang tetap menjadi harapan, apa pula yang setengah tercapai, dan mungkin saja semuanya cita-cita tercapai. Semuanya tergantung pada banyak hal dan sikon. Atau, ketika kita membangun hidup dan kehidupan dengan begitu optimis, tertata rapi, dan penuh perencanaan, namun karena berbagai faktor, terjadi kendala, hambatan, atau bahkan berjalan pelan, serta tidak sesuai dengan keinginan. Misalnya, salah satu dari kita, anda atau suami tiba-tiba terjangkit penyakit tertentu, deritanya menahun dan tak terobati, tentu (akan) membawa ketidakseimbangan dalam keluarga

 Ini, hal yang nyata, suami kita mengalami atau menderita tiga penyakit yang saling berhubungan, yaitu bisu, tuli, dan buta. Apa yang, jika terjadi, apa yang (hendak) kita lakukan?

Tentang Tuli, Buta, Bisu (TBB)

Tuli; orang tuli atau Tuna Rungu adalah orang yang tidak memiliki kemampuan mendengar sebagaimana orang normal pada umumnya atau indera pendengarannya mengalami degradasai sehingga tidak bisa mendengara dengan baik, benar, dan sempurna. Data WHO menyatakan ada sekitar 360 juta orang di seluruh dunia telah menderita gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran dapat terjadi karena penyebab genetik, komplikasi saat lahir, penyakit infeksi tertentu, infeksi telinga kronis, penggunaan obat-obatan tertentu, paparan kebisingan yang berlebihan dan penuaan.

Bisu; orang bisu atau Tuna Wicara adalah orang yang tidak bisa berbicara dengan orang lain. Ini bisa terjadi sejak lahir atau pun akibat penyakit tertentu, misalnya kanker tenggorok, selaput suara dan lain sebagainya.

Buta; orang buta adalah seseorang yang tidak bisa melihat dengan kedua matanya; tidak mempunyai kemampuan melihat apa pun, bahkan cahaya. Mata Biasannya, akibat tidak bisa melihat, maka memiliki kemampuan dan kepekaan mendeteksi benda-benda yang ada di sekitarnya dengan memaksimalkan kemampuan pendengarannya lewat suara atau getaran yang didenga. Buta biasanya (atau bisa) disebabkan oleh faktor genetik alias diturunkan dari orang tua kepada anak, kecelakaan, atau penyakit.

Bukan bermaksud melecehakan atau merendahkan, secara umum, tidak ada perempuan normal atau sehat tubuh, rohani, dan jiwa mau menikah dengan laki-laki yang (hasil pemeriksaan medis pra-nikah) mengidap TBB atau tuli, bisu, buta. Setiap perempuan, ingin menikah dengan mereka atau laki-laki yang normal; namun ada juga perempuan yang menikah dengan orang yang (ia sudah tahu) mengidap TBB. Tapi, juga ada banyak contoh bahwa perempuan yang TBB menikah dengan sesama TBB, namun keturunan mereka sehat tidak menderita penyakit dan keterbatasan yang sama.

Suami Mengidap TBB

Hal-hal di atas, bisa terjadi pada semua perempuan. Ini adalah kejadian atau kisah nyata; kisah nyata dari sejumlah teman, ibu muda (sekitar 35-45 tahun) dan setengah baya (di atas 45 tahun) yang suaminya, setelah mapan, malah mengidap atau menderita TBB atau tuli, bisu, buta. Suami yang menderita TBB tersebut, memang unik, bukan secara fisik; mereka bisa melihat, namun buta; mereka bisa mendengar, namun tuli; mereka bisa berbicara, namun bisu.

Bagaimana modelnya? TBB model kekinian pada laki-laki atau suami tersebut, saya sebut sebagai 'TBB Masa Bodoh dan Malas;' termasuk di dalamnya cuek dan tak peduli terhadap urusan beres-beres di/dalam rumah. Tak percaya? Ini penjelasannya.

Suami Tuli. Terutama di rumah, saat istri membutuhkan bantuannya, ia pura-pura tak dengar dan tidak beranjak dari tempat, padahal bantuan yang diminta hanya sepele, misalnya bawa piring atau gelas dari meja makan ke dapur atau masukkan pakaian kotor pada tempatnya. Ia atau suami biasanya diam, ini bukan telinganya yang tuli, tapi hatinya; hati yang batu dan keras karena malasnya luar biasa. Jika seperti itu, pengen disiram dengan kopi.

Dalam arti, suami tidak merespon dan peka bahwa istri membutuhkan pertolongannya atau isteri, sebetulnya, akan merasa bangga jika suaminya juga ikut an'ramai' mengerjakan hal-hal kecil di rumah. Bisa jadi tulinya suami karena ia memang egois, karena merasa mencari uang, dan urusan rumah tangga itu sepele; karena sepele maka menjadi kewajiban isteri. 'Suami Tuli' semakin menjadi-jadi jika malam hari; misalnya, jika anak pulang malam, pasti ia (akan) pura-pura tak mendengar ketukan pintu, isterinya yang buka pintu.

Suami Buta. Punya suami buta, wah ini, juga menjengkelkan. Biasanya, suami buta, tanpa reaksi apa pun ketika ia pulang dari office, ada perubahan di rumah. Misalnya, ruang tamu, meja, sofa yang berubah tata letak, ia diam saja; lemari di kamar berpindah, ia pun diam; pot bunga di teras yang teratur rapi, ia pun beri apresiasi. 

Bahkan, ketika pulang dari office, dan rumah sepi karena isteri sakit di ranjang pun, ia hanya diam, malah ke meja makan, setelah itu duduk di teras; hanya sekedar menengok isteri yang mungkin tertidur. Parahnya lagi, ia hanya tahu tahu bekerja, pulang ke rumah menunggu makanan tersedia; selesai makan ia akan pergi bermain dengan ponsel dan komputernya. Kalau dia ada kebutuhan seksual, ia akan mencari sang istri. Namun keesokan harinya, semua kembali seperti biasa, selain kehidupan sehari-hari yang memang harus dilakukan, sisanya.

Bisu. Suami menederita bisu. Ini nyaris sama dengan suami buta, malah dekatan. Jika suami buta, ia pura-pura tak lihat, maka suami bisu, ia tak pernah memuji atau berkomentar terhadap hasil kerja isterinya. Baginya, semua yang dikerjakan isteri karena 'memang tugasnya, buat apa harus memuji?' 

Bahkan, ketika isteri dandan cantik (karena mau bareng ke party), ia tak berikan komentar apa-apa. Nah, dandan cantik aja, tak dikomentari, apalagi jika lagi pakai daster di rumah. Suami bisu ini pun, kadang hingga tak pernah marah anak (anak), walau mereka salah. Baginya, diam di rumah, tanpa komentar atau pun marah, itu lebih baik, cukup isterinya yang cerewet sana-sini.  Seorang teman bercerita tentang jenis 'suami bisu' seperti ini, sampai-samapai saat bermesaraan atau ML pun, suaminya pun diam, betul-betul menjengkelkan

Selanjutnya?

Jika penyakit Tuli, Buta, Bisa fisik, tentu ada obatnya, paling tidak, terobati atau ada solusi (alat bantu) hinga bisa 'melihat dengan perasaan,' dan mampu bicara dengan bahasa isyarat, serta hear aid untuk bisa mendengar. Namun, jika TBB seperti karena masa bodoh dan malas; termasuk di dalamnya cuek dan tak peduli terhadap urusan beres-beres di/dalam rumah, kira-kira diapain? Dibuang, masih sayang; di lempar dengan batu atau asbak, kasian, ntar kita juga yang urus.; pulangkan dia ke mertua, ntar kesepian. Lalu, diapain?

Hingga kini, banyak isteri, termasuk saya, belum menemukan obat yang tepat untuk mengobati 'Penyakit TBB' yang diderita suami atau para suami. Jika tidak ada obat, maka yang harus dilakukan adalah?

Monggo komentar atau berikan masukan.

MAR -- JAKARTA SELATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun