Mohon tunggu...
Iwan Nugraha
Iwan Nugraha Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang yang bangga sebagai bagian dari suara dan pemikiran warga negara yang "awam", lugas dan apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Melarang Film Masuk, Efektifkah?

24 Maret 2014   12:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:34 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini setelah browsing berita politik yang cuma gitu-gitu aja, pilihan diarahkan ke dunia hiburan, spesifiknya lagi: filem! Dan menemukan berita bahwa filem NOAH (bukan grup band!) dilarang masuk dan diputar di bioskop negeri ini. Alasannya klise dan gak masuk akal: bisa menimbulkan kasus SARA (what??!!)

Oke, sejenak aku geleng2 kepala sambil mencoba memahami apa yang ada di pikiran para pengambil keputusan itu. Aku merasa, keputusan pelarangan filem itu terkait dengan hal yang dilakukan oleh beberapa negara di gurun pasir sana. Kalo yang disana aku gak ambil pusing, toh memang kebijakan disana biasanya juga aneh bin ajaib, seperti halnya kisah 1001 Malam. Lha ini, di negara yang katanya berbhinneka tunggal ika dan berkebebasan berekspresi, masih saja ada pencekalan model gini?

Mari kita pilah permasalahannya.

1. Paranoid tentang pengaruh buruk kepada kehidupan sosial dan kasus SARA

Ayolaaah, ini zaman moderen, pemikiran masyarakat juga sudah lebih pintar daripada era sebelumnya. Menyikapi perbedaan yang ada juga semakin arif, kecuali memang ada beberapa pihak yang pengen selalu dominan dan memaksakan kehendaknya, itu menurutku ya preman alias bajingan, walaupun kedoknya agama atau asesoris lainnya.

2. Tidak sesuai dengan apa yang ada di kitab suci agama Islam!

(Tepok jidat dulu! oke dilanjutkan...) Ya iyalah, itu yang bikin bukan orang muslim, dan acuannya juga bukan Quran, bisa dipastikan bakalan tidak sama persis dengan apa yang ada di dalam kitab suci orang Islam. Tapi patut dicatat, bahwa secara de facto ketiga agama samawi: Islam, Nasrani, Yahudi memang ada hubungan benang merahnya, begitu pula dengan sebagian ayat di kitab suci masing-masing, gak usah lah susah payah menolaknya.

3. Masih ada yang menganggap Noah adalah filem religi dan berpotensi berpengaruh buruk

TIDAK ada filem religi, seperti halnya politik, partai politik religi itu omong kosong, kalo menjual agama sih iya! Noah dan filem sejenisnya semacam the Ten Commandments bahkan filem THE MESSAGE bikinan Moustapha Akkad sekalipun  itu bukan filem religi, menurutku itu sekadar visualisasi kisah dalam kitab suci. Pengaruh buruk seperti apa? Penyebaran keyakinan? Nanti ada penjelasan yang menurutku rasional di bawah.

MENURUTKU gak perlu lah kebijakan pencekalan atau penolakan itu karena:

1. Isu SARA yang bakalan timbul tidak akan ekstrim, dan bahkan menurutku bisa jadi tidak akan ada, jika tidak dipicu dan direalisasikan oleh sekelompok orang yang memang hobi-nya bikin kerusuhan. Pemerintah selalu dalam tekanan segelintir orang itu dan celakanya, selalu kalah. Rakyat sudah semakin pandai memilah informasi yang bersliweran di hadapannya.

2. Alasan tidak sesuai dengan ajaran agama tertentu, itu sebuah keniscayaan, sampai kapan pun juga akan ada perbedaan karena sumber ide dasar  pembuatannya juga berbeda. Bijak sajalah menyikapinya, kalau mau ekstrim ya larang anak-anak nonton filem "religi" agama lain, kalau anak-anak sudah nonton dan menanyakan kenapa beda, ya dijawab saja menurut sudut pandang agama yg dianut dengan PROPORSIONAL dan obyektif, kecuali memang mau menabur bibit kebencian kepada anak2 seputih kapas, itu lain perkara.

3. Seperti aku katakan di atas, ketiga agama samawi memiliki benang merah dan ada kesamaan dalam penceritaan RasulNya. JANGAN takut untuk memberikan informasi ini, disertai penjelasan "yang benar" menurut sudut pandang agama masing-masing, menurutku itu cukup bisa diterima oleh anak-anak sekarang yang semakin cerdas. Dan ketakutan tentang filem dapat mempengaruhi keyakinan/keimanan menurutku bisa diatasi.

4. MENEMPATKAN filem sebagai tontonan saja, jangan dianggap sebagai tuntunan. Toh banyak orang yang nonton filem karena alasan spesial efeknya bagus, bintangnya cakep, cantik dll. Kecerdasan individu dalam memilah mana yang tuntunan dan tontonan memang pengaruh besar dalam menyikapinya. Kalau merasa bahwa jika nonton filem itu akan terpengaruh atau tergoncang keyakinannya, ya jangan nonton lah, dan gak perlu bawa pentungan untuk mempernaguhi orang lain supaya ikutan gak nonton. Mungkin tingkat keimanan mereka lebih stabil daripada yang bawa pentungan itu. Simpel.

5. Penonton filem sekarang lebih terseleksi dan lebih selektif. Karena untuk nonton di bioskop harga tiketnya mahal dan gak semua orang suka dengan filem yang sedang diputar walaupun itu digembar-gemborkan box office.

6. DILARANG masuk ke bioskop tapi tetep bisa download atau nonton lewat streaming di internet.

Hmmmh, yah inilah sekadar uneg-uneg aja.

Gak setuju ya silakan, sepakat ya monggo. Semua sudah pandai, kecuali beberapa gelintir orang saja (tapi celakanya oknum itu pegang kekuasaan untuk menentukan keputusan!)

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun