Mohon tunggu...
Maztrieā„¢ Van Ikanmasteri
Maztrieā„¢ Van Ikanmasteri Mohon Tunggu... -

BigBos @ http://ikanmasteri.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Yunani Yes, Yu Nani No..! [Mars Baru Anggota Dewan]

25 Oktober 2010   12:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:06 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) mengadakan studi banding antar parlemen di Prancis, Jerman, dan Maroko.
  • Komisi Pendidikan DPR pergi ke Jepang, Korea Selatan, dan Afrika Selatan dengan alasan mempelajari soal kepramukaan.
  • Komisi Hukum dan Pemerintahan bertandang ke Inggris konon mempelajari soal keimigrasian.
  • Komisi Pertanian DPR yang tengah membahas Rancangan Undang-undang Holtiklutura juga tak mau ketinggalan, mereka ke Belanda nggak tahu juntrungannya karena sampai dengan saat ini juga gak ada hasil secara kasat mata buat kesejahteraan rakyat yang (katanya) diwakilinya.
  • Badan Kehormatan DPR ke Yunani untuk mempelajari soal etika.

Diatas itu adalah beberapa kegiatan para wakil rakyat yang duduk di Senayan sana dengan judul "Kunjungan Kerja". Sungguh prestasi yang luar biasa ketika kita mampu melihat, mendengar dan menyaksikan orang-orang yang pernah dan sering berjanji kepada kita saat kampanye dulu mengaku kalau mereka-mereka itu adalah calon wakil kita, calon yang bakalan mewakili suara dan aspirasi kita sebagai "wong cilik". Apapun kemauan kita, janji mereka adalah bakal menyampaikan kepada pihak yang mengelola bangsa ini. Mereka pun tak segan-segan lagi menyebutkan dirinya sebagai abdi warga/abdi masyarakat. Kata 'abdi' kalau didefinisikan barangkali tak jauh dari kata 'kacung, pelayan, jongos, babu, gedibal, ataupun pekathik', yaitu pihak yang bakal melayani, meladeni dan memberikan servis kepada juragannya. Lalu kalau kita bicara abdi masyarakat, tak salah khan kalau hal tersebut diartikan sebagai pelayan masyarakat. Masyarakat disini ditempatkan pada Subyek utamanya. Jadi kehendak dan kemauan masyarakat lah yang musti diladeni oleh para abdi tersebut. Suara apa saja yang menjadi kalimat (dan atau kata) permintaan warga, maka sudah sewajarnya jika musti dilaksanakan oleh para "abdi", itu bukanlah satu hal yang berlebihan. Tatkala kita sedikit memahami arti dari sebuah kata "abdi", selanjutnya kita melihat kegiatan yang dilakoni oleh para "abdi" sebagaimana terkutip di kalimat bagian atas pada dinding-journal ini, sungguh terlihat satu cerminan yang sangat berlawanan sekali. Apa pasal saya sebut sebagai cerminan berlawanan..? Tak lain dan tak bukan adalah ketika kita semua bisa melek mata untuk dapat melihat dan membaca keadaan rakyat di negeri ini. Nyata adanya bahwa bukan satu kepantasan saat kegiatan jalan-jalan berkedok "study banding" dengan tujuan ke manca negara tersebut dilakoni secara bersama-sama dan bergiliran waktunya. Butakah mata dan hati mereka ketika didepan mata terlihat banyak warganya susah mencari makan..? Badan Rumah Tangga Dewan belajar mengurusi kerumahtanggaan sampai negeri Prancis, Jerman, dan Maroko. Apakah itu dikarenakan banyak Rumah Tangga kaum artis kita yang kawin-cerai...? (lho apa hubungane) Sementara Komisi Pendidikan pun menyelenggarakan hajatan belajar ke manca negara dengan tujuan ke Jepang, Korea Selatan, dan Afrika Selatan. Apakah karena mereka para wakil rakyat ini dulu nggak dikabulkan saat mengusulkan bahwaĀ  kegiatan Pramuka adalah Travelling juga yaaa...? Yang mereka lakukan saat itu baru sebatas cycling, Hiking, dan Camping. Yang tak mau kalah adalah ketika Komisi Hukum dan Pemerintahan belajar tentang keimigrasian di Inggris. Kenapa nggak ke Shanghai saja Pak, Bukk..? Para Wakil rakyat yang (katanya) masih demen dengan para petani di negeri ini, ternyata lebih hebat lagi belajarnya, yaitu ke Negeri Belanda. Apakah mereka akan mempelajari cara menanam Kincir angin..? Itulah kegiatan luar biasa yang dilakoni oleh para wakil Rakyat yang sekaligus juga sebagai abdi masyarakat dengan dalih kinerja mereka "telah terprogram dan terrencana." Adalah satu hal yang orang sebodoh saya pun bakalan bertanya ketika Dewan Yang TERHORMAT ini juga belajar etika ke Negerinya Zeus, Yunani. Apakah mereka juga akan belajar etika mengenai sopan-santun menaruh racun dalam minuman ayah Zeus yaitu Cronos...? Ternyata budaya lokal yang penuh kearifan ini bukan saja telah ditinggalkan oleh para Generasi muda, namun kita sudah tak bisa lagi menutup mata untuk selalu disuguhi sebuah adegan "sok keren" kalau sudah berbicara 'Luar Negeri' itu. Dewan yang terhormat lebih memilih belajar ke Yunani daripada harus belajar dan menggali pada diri sendiri wujud etika sopan-santun, etika tepa-slira (tenggang-rasa), etika unggah-ungguh serta suba-sita. Para Dewan Yang Terhormat mungkin sudah tak mengenal lagi Serat Wedhatama ajaran Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati Mangkunagara IV - "amamangun karenak tyasing sesama", yaitu mengupayakan kebahagiaan bersama. Cukup mereka dan keluarga juga kroni-kroninya saja yang bisa bahagia jalan-jalan ke manca negara. Soal Yu Nani yang rakyat jelata itu bukan urusan mereka, yang penting Yunani bisa menjadi target yang harus mereka lampaui. Sekali lagi Yu Nani mah lupakan saja...! [uth] Ilustrasi: wakil rakyat tidur Saya posting juga di Multiply

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun