Mohon tunggu...
Ananto Mazoerkam
Ananto Mazoerkam Mohon Tunggu... -

orang orangan sawah...hiiiiiii

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muazin Subuh Bercengkok Jawa itu Bernama Iman Marsudi

5 Juli 2015   01:44 Diperbarui: 5 Juli 2015   08:26 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

orang kampungku memanggilnya mbah iman. veteran tentara yang selalu mengumandangkan azan subuh mengajak orang orang sekitar untuk beranjak dari selimut bergegas memenuhi panggilan-Nya. umurnya sekitar 80 bahkan mungkin lebih. sebelum pergi ke masjid mengumandangkan azan subuh, terlebih dahulu mengecek beberapa petak sawahnya, menyapa penghuni pos ronda sambil bercengkrama soal perang kemerdekaan, soal masa muda dan soal bagaimana ia berhasil menggaet mbah putri...hihihihi sikap polos dan tawa renyah membuat ia mudah diterima semua golongan dan orang orangpun selalu merasa betah berlama lama dengan mbah iman marsudi. sampai sampai kedatangan mbah iman ke pos ronda menjadi penanda waktu bagi peronda. mbah iman datang berarti waktu menunjukkan pukul 3 dini hari.

setelah ngobrol bersama peronda, mbah iman menuju masjid sholat 2 rakaat kemudian membaca qur'an disertai terjemahannya dalam bahasa jawa. Ia kurang bisa membaca bahasa arab, membaca qur'an pun yang dibaca tulisan latinnya, tentu mahroj, hukum bacaannya pun banyak meleset apalagi dibandingkan dengan orang arab. langgam bacaannya pun tidak seperti murotal biasa kita dengar...yahhh mbah iman sedang berdendang, bersenandung dengan langgam tetembangan entah mocopat, dandang gulo atau apa, aku sendiri kurang memahaminya. mbah iman yakin, ia hanya ingin mendekatkan diri kepada-Nya, menghidupi masjid dimana tanah yang ia wakafkan tempat ia duduk sekarang adalah cikal bakal berdirinya masjid di daerah kami. daerah persawahan luas berdiri ditengah tengahnya sebuah masjid yang kemudian warga sepakat memberi nama masjid dalilatul iman. sekedar untuk mengingat bahwa atas kemurahan mbah iman lah masjid ini bisa berdiri hingga sekarang.

suatu ketika mbah iman berhasrat untuk mengumandangkan azan subuh. takmir masjid pun mempersilahkan dan mengajarinya. secarik kertas azan berbahasa latin ditulis bapak saya kemudian dibaca mbah iman di depan mik. terkadang nada awal yang diambil tidak pas hingga ditengah tengah berhenti mendadak, pernah pula warga dibuat kalang kabut karena bukan azan yang mbah iman lantunkan tetapi malah iqomah. paling sering adalah lupa mengucapkan "asholaa tu khoiruminannaummm" bagi warga kampung sudah bisa memaklumi dan memahami..."wahh...wau lali mboten ngagem ashola tukhoriuminannaumm nggih mbah" sontak langsung dijawab dengan tawa khasnya.."wahahahhahah iyoo leee" hihihihi. lain waktu ditengah tengah azan mbah iman lupa lanjutannya.."opo le...opo le..opo le terusane..." tanya mbah iman sama jamaah. sampai akhirnya mbah iman hapal betul azan dan menemukan cengkok irama yang tidak ada duanya di muka bumi bahkan di planet lain. Iramanya bukan padang pasir, namun cengkok tetembangan nada tinggi enak didengar bahkan menjadi karakter khas azan subuh masjid dalillatul iman. pernah suatu ketika ada warga mengusulkan supaya azan subuhnya direkam, sekedar untuk mengingatkan, didengarkan sendiri alias tombo kangen apabila suatu saat mbah iman sudah meninggal dunia.

orang kampung sampai hapal betul seandainya muazin subuh bukan mbah iman, tentu telah terjadi apa apa sama mbah iman. bisa luar kota ataupun sakit. ketika mengetahui mbah iman ternyata sakit, warga pun berduyun duyun mendatangi rumahnya sambil bertanya, "kok mboten azan subuh niku kinging nopo jeh mbah...gerah nopo- kok lama tidak azan subuh itu kenapa mbah...sakit apa" "wahahahhaha....ora loro kok le, meng sirahe rodo nggliyeri awake rodo ora penak- tidak sakit kok, cuman kepalanya agak pusing dan badannya agak gak enak" masih dengan jawaban dan tawanya yang khas dan renyah.

sampai suatu ketika ada seorang pendatang memprotes, adzannya mbah iman itu tidak pas mahrojnya bahkan menghendaki supaya mbah iman tidak boleh azan subuh dan memintanya diganti. tentu saja hal ini membuat kemarahan warga..bukan karena tidak ada yang lebih bagus dan lebih hebat dari mbah iman. mbah iman adalah sosok orang yang begitu berhaga bagi kampung kami, orang yang di usia renta masih gigih belajar bahkan ingin menjadi penyeru bagi orang orang di kala masih berselimut untuk bergegas mengambil air wudhu. apakah terlalu mahirnya kita beragama hingga untuk menghargai orang yang sudah lanjut pun kita masih mempertanyakannya. ahhh...sudahlah yang kutahu Allah Maha Mengetahui, Maha Pengasih dan Penyayang.

Allahuma firlahu warhamhu wa afii wa fuanhu...mbah iman akhirnya menghadap sang khalik setelah beberapa hari opname di PKU mengalami gegar otak akibat tertabrak mahasiswa naek motor ngebut di jalan depan rumahnya. seluruh warga merasa kehilangan, bukan sekedar kehilangan sosok orang tua yang menjadi tonggak berdirinya masjid kami, tetapi juga kehilangan suara yang dulu menghiasi langit menembus tembok memenuhi ruangan setiap subuh. senyap senyap kamipun merasa rindu, rindu akan suara azan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun